Operasi Drone Ukraina: Serangan Diam-Diam ke Jantung RusiaOperasi Drone Ukraina: Serangan Diam-Diam ke Jantung Rusia

Berita Dunia Terkini – Ukraina kerap menyerukan perdamaian di forum-forum internasional. Namun di balik retorika damai tersebut, negeri itu ternyata tengah merancang serangan canggih dan senyap ke wilayah Rusia—bukan serangan spontan, melainkan proyek yang di garap selama 18 bulan.

Serangan tersebut tidak hanya mencerminkan strategi militer Ukraina, tetapi juga menguak keterlibatan kekuatan Barat yang tampaknya memiliki kepentingan dalam memperpanjang konflik ini. Pada akhir Mei 2025, ketika sirene udara meraung di Kyiv dan langit di penuhi kilatan rudal serta sistem pertahanan udara yang aktif, Rusia meluncurkan salah satu serangan udara terbesar sejak invasi 2022. Lebih dari 50 rudal jelajah dan drone kamikaze di arahkan ke berbagai fasilitas strategis Ukraina.

Narasi Ganda di Medan Perang

Bagi Moskow, serangan ini adalah tindakan sah untuk melumpuhkan infrastruktur tempur lawan. Namun, media Barat segera membingkai Rusia sebagai agresor, meskipun serangan itu menyusul berbulan-bulan serangan drone Ukraina ke kota-kota perbatasan Rusia seperti Belgorod dan Kursk—yang nyaris tak pernah mendapat sorotan utama di media internasional.

Yang banyak orang tidak sadari adalah bahwa Ukraina bukan hanya bertahan, tetapi diam-diam telah menyiapkan serangan balasan bukan di garis depan, tetapi langsung ke pusat kekuatan militer Rusia.

1 Juni 2025: Operasi Spider Swap Dimulai

Beberapa hari setelah serangan Rusia, tepatnya 1 Juni 2025, lima pangkalan udara strategis Rusia di serang serentak oleh drone kecil yang di kendalikan dari jarak jauh. Serangan ini bukan di lakukan dari Ukraina, melainkan dari dalam wilayah Rusia sendiri hasil dari infiltrasi canggih dan perencanaan matang selama 18 bulan.

Operasi ini di kenal sebagai Operation Spider Swap, sebuah misi rahasia Dinas Keamanan Ukraina dengan dukungan logistik dan teknologi dari luar negeri. Ratusan drone di sembunyikan dalam truk kayu yang menyamar sebagai kendaraan biasa. Truk-truk ini di lengkapi kontainer otomatis yang dapat meluncurkan drone secara tersembunyi.

Serangan Presisi Jarak Jauh

Target operasi bukan sembarangan. Pangkalan udara seperti Belaya, Olenya, Ukrainka, Ivanovo, dan Dyagilevo yang terletak lebih dari 4.300 kilometer dari garis depan perang di hantam dalam waktu bersamaan. Akibatnya, puluhan pesawat tempur strategis Rusia, termasuk Tu-95 dan Tu-22M3, hingga radar peringatan dini A-50, di laporkan mengalami kerusakan serius. Total kerugian di taksir mencapai 7 miliar dolar AS.

Yang paling mengejutkan bukan hanya skala serangannya, tetapi tingkat koordinasi dan presisinya. Ukraina mengakui operasi ini telah di rancang jauh sebelum Rusia melancarkan serangan besar pada 25 Mei.

Dukungan Teknologi Asing dan Kecerdasan Buatan

Laporan dari media Barat seperti New York Post menyebut penggunaan kecerdasan buatan dan pengintaian satelit dalam menentukan waktu siaga terendah pangkalan Rusia. Ini menunjukkan bahwa serangan ini bukan murni inisiatif Ukraina, melainkan kolaborasi rumit antara intelijen Barat dan Ukraina.

Presiden Volodymyr Zelensky sendiri memuji operasi ini secara terbuka melalui Telegram. Menyebutnya sebagai “operasi yang cemerlang” dan “langkah penting menuju kemenangan akhir.”

Siapa yang Sebenarnya Diuntungkan?

Namun, keberhasilan serangan ini menyisakan pertanyaan penting: siapa yang benar-benar di untungkan? Ukraina memang berhasil menghantam jantung pertahanan Rusia, tapi serangan ini juga membuka peluang pembalasan brutal dari Moskow.

Ukraina saat ini tengah berada dalam kondisi kritis populasi menurun, ekonomi lumpuh, dan tekanan militer terus meningkat. Dengan melakukan serangan sedemikian dalam, Ukraina justru memosisikan dirinya sebagai target utama berikutnya.

Sementara itu, negara-negara Barat tidak kehilangan apapun. Mereka justru mendapatkan dua hal penting: memancing kemarahan Rusia dan mengikat Ukraina semakin kuat dalam jaringan pertahanan dan logistik mereka. Bahkan, Amerika Serikat menyatakan tidak mengetahui rencana ini secara spesifik—sebuah pernyataan yang bisa di tafsirkan sebagai pembiaran yang di sengaja.

Ledakan yang Mengubur Perundingan Damai

Yang paling ironis, serangan besar ini terjadi hanya beberapa hari sebelum putaran kedua perundingan damai antara Rusia dan Ukraina di Istanbul. Harapan akan perdamaian hancur seketika oleh ledakan drone di lima titik strategis.

Peluang mengakhiri perang yang telah lama berlangsung itu lenyap, terkubur di antara puing-puing jet tempur dan semangat balas dendam.

Realita di Tanah: Rusia Masih Menguasai Medan

Di tengah euforia serangan drone, kenyataan di medan darat tetap menunjukkan keunggulan Rusia. Dalam tiga bulan terakhir (Maret–Mei 2025), Rusia secara perlahan tetapi konsisten merebut kembali ratusan kilometer persegi wilayah di timur Ukraina.

Di Sumy, pasukan Rusia kini mengancam jalur suplai utama Ukraina di timur laut. Presiden Zelensky bahkan mengakui bahwa lebih dari 50.000 pasukan Rusia kini terkonsentrasi di wilayah itu.

Konflik yang Masih Jauh dari Usai

Serangan drone mungkin mengguncang jantung pertahanan Rusia, tetapi tidak mengubah peta peperangan. Sebaliknya, langkah ini menjadi dalih sah bagi Rusia untuk meningkatkan eskalasi—baik melalui rudal hipersonik, sabotase energi, hingga serangan siber.

Ukraina telah menunjukkan bahwa ia bisa menyerang jauh, tapi Rusia pun telah membuktikan bahwa ia bisa terus maju—langkah demi langkah, tanpa sorotan kamera. Dalam perang ini, teknologi boleh mendominasi udara, tapi hasil akhir tetap akan di tentukan oleh siapa yang menguasai tanah.

Sumber : Youtube.com

By ALEXA