Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan setelah mengeluarkan pernyataan kontroversial mengenai dugaan penghancuran pusat nuklir Iran oleh AS.
Berita Dunia Terkini-Dalam pernyataan terbarunya, Trump secara lantang menegaskan bahwa dunia harus mengakui peran Amerika Serikat — khususnya saat ia memimpin
dalam “melenyapkan” salah satu pusat pengembangan nuklir Iran. Pernyataan ini memicu perdebatan tajam di tingkat internasional, baik dari segi geopolitik, keamanan global, maupun strategi komunikasi politik yang ia gunakan.
Retorika Trump: Politik atau Fakta?
Trump sering melontarkan pernyataan serupa. Sejak masa kampanye hingga menjabat sebagai presiden, ia menggunakan retorika keras dan dramatis, terutama terhadap Iran. Ia secara tegas menolak perjanjian nuklir Iran (JCPOA) yang muncul pada masa pemerintahan Obama, bahkan ia menarik AS keluar dari kesepakatan tersebut pada 2018. Karena itu, ia mungkin menganggap klaim penghancuran fasilitas nuklir Iran sebagai pembenaran atas pendekatan garis keras yang ia ambil.
Namun, hingga kini, tidak ada bukti resmi yang menyatakan bahwa AS secara langsung menghancurkan pusat nuklir Iran selama masa kepemimpinannya. Beberapa insiden sabotase memang terjadi, seperti ledakan di fasilitas Natanz pada 2020, tetapi tidak ada pihak yang secara terbuka mengonfirmasi keterlibatan AS.
Strategi Menciptakan Narasi Kemenangan
Trump secara konsisten membangun narasi kemenangan untuk memperkuat citra dirinya sebagai pemimpin kuat. Ia menggunakan klaim seperti ini untuk menegaskan posisinya di panggung politik domestik AS, terutama menjelang pemilihan presiden 2024/2025. Dengan menonjolkan keberhasilan militer atau intelijen, ia berusaha menunjukkan bahwa pendekatan konfrontatif terhadap Iran lebih efektif daripada pendekatan diplomasi yang digunakan pemerintahan Biden.
Reaksi Internasional: Ancaman atau Propaganda?
Komunitas internasional tidak mengabaikan pernyataan Trump. Iran secara tegas membantah klaim tersebut dan menyebutnya sebagai propaganda politik. Negara-negara Eropa yang mendukung JCPOA menunjukkan sikap waspada, karena pernyataan semacam ini berpotensi memicu ketegangan baru di Timur Tengah. Sementara itu, Israel, yang secara terbuka memusuhi Iran, belum mengomentari langsung klaim Trump, meskipun mereka juga menjalankan operasi terhadap program nuklir Iran.
Dampak Jangka Panjang
Jika pihak tertentu menganggap pernyataan Trump sebagai hal serius, ketegangan militer di kawasan Teluk bisa meningkat. Iran mungkin memanfaatkan klaim ini untuk mempercepat program nuklirnya atau melakukan tindakan balasan terhadap AS. Di sisi lain, hubungan antara AS dan sekutunya bisa mengalami gangguan jika pernyataan ini menyebabkan instabilitas baru.
Sumber : CNN NEWS