Berita Dunia Terkini – Pada 29 September 2025 sekitar pukul 15.00 WIB, bangunan musala di Pondok Pesantren Al‑Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, runtuh saat para santri sedang salat Ashar berjamaah. Bangunan tersebut ambruk tanpa peringatan. Puluhan santri langsung tertimbun reruntuhan beton dan material bangunan.
Beberapa saksi melaporkan suara gemuruh sebelum bangunan roboh. Struktur musala tak mampu menahan beban pengecoran yang berlangsung di lantai atas. Proses pembangunan yang terus berlangsung selama berbulan-bulan memperparah kondisi struktur.
Tim SAR dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, PMI, dan relawan langsung turun ke lokasi. Mereka bekerja selama 24 jam, menghadapi tumpukan puing yang rapuh dan beton besar yang sulit dipindahkan.
Jumlah Korban Terus Bertambah
Data Korban Meninggal
Pada 4 Oktober 2025, BNPB mencatat 14 santri meninggal dan 103 orang selamat. Namun, proses evakuasi yang masih berjalan mengubah angka tersebut.
Pada 5 Oktober, tim SAR menemukan potongan tubuh manusia. Temuan ini menunjukkan bahwa korban mengalami hancur parah akibat tekanan beton. Tim juga menemukan delapan jenazah utuh, sehingga jumlah korban tewas meningkat menjadi 45 orang. Sebanyak 104 santri berhasil selamat.
Kesulitan Identifikasi
Petugas mendata korban berdasarkan absensi santri. Namun, data tersebut tidak sepenuhnya akurat karena sebagian korban belum ditemukan atau sulit dikenali. Tim SAR terus menyisir area terdalam reruntuhan untuk memastikan tidak ada korban tertinggal.
Penyebab Runtuhnya Bangunan
Konstruksi Berlangsung Saat Gedung Digunakan
Pihak pengelola ponpes tetap mengizinkan penggunaan musala meskipun proses pembangunan berlangsung. Tukang terus mengecor bagian atas gedung, sementara santri tetap beraktivitas di bawahnya.
Struktur bangunan tidak mampu menahan beban tambahan dari proyek konstruksi. Beberapa saksi menyebut keretakan mulai terlihat sejak dua minggu sebelum kejadian.
Kelemahan Desain dan Pengawasan
Kontraktor atau pihak pesantren tidak mengikuti prosedur pembangunan yang benar. Mereka tidak meminta pengawasan teknis dari pihak berwenang. Bangunan yang dibangun tanpa izin dan standar teknis rawan runtuh seperti ini.
Dampak Bagi Keluarga dan Santri
Trauma Mendalam
Keluarga korban terus menunggu di lokasi kejadian dengan harapan dan kecemasan. Santri yang selamat mengalami trauma berat. Tim medis menyediakan layanan psikologis, pengobatan, dan perawatan di posko.
Petugas evakuasi juga mengalami kelelahan akibat kerja terus-menerus. Beberapa relawan mengalami gatal-gatal atau kelelahan parah.
Tanggapan Pemerintah
Pemerintah daerah dan pusat langsung meninjau lokasi. Menteri Agama dan Bupati Sidoarjo menyampaikan duka dan janji untuk mengusut tuntas kejadian ini. Mereka juga meminta semua pesantren di Jawa Timur melakukan audit bangunan.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ikut menyelidiki struktur bangunan musala untuk mengetahui titik-titik kegagalan konstruksi.
Pelajaran dari Tragedi Al‑Khoziny
-
Bangunan Pendidikan Harus Taat Standar
Pengelola lembaga pendidikan wajib mengikuti standar teknis bangunan dan tidak boleh menjalankan aktivitas saat konstruksi berlangsung. -
Pemerintah Harus Aktif Mengawasi
Dinas terkait perlu turun langsung untuk mengawasi pembangunan di lingkungan pendidikan, termasuk pesantren. -
Audit Bangunan Lama dan Baru
Pemerintah harus mengaudit semua bangunan pesantren secara menyeluruh untuk mencegah kejadian serupa. -
Tim SAR Perlu Pelatihan Khusus
Pemerintah harus membekali tim SAR dengan pelatihan khusus untuk menangani bangunan runtuh yang penuh risiko.
Tragedi ambruknya musala Ponpes Al-Khoziny menunjukkan bahwa keselamatan bangunan bukan hal sepele. Semua pihak, mulai dari pengelola pesantren, kontraktor, hingga pemerintah, harus bertindak lebih serius dan bertanggung jawab agar nyawa tak kembali melayang sia-sia.
Sumber : CNN NEWS