Berita Dunia Terkini – Pada 28 November 2016, dunia sepak bola diguncang oleh tragedi besar ketika pesawat Lamia Airlines penerbangan 2933 jatuh di dekat Medellín, Kolombia. Pesawat tersebut membawa tim Chapecoense beserta staf dan jurnalis. Akibatnya, final Copa Sudamericana 2016 yang seharusnya menjadi momen bersejarah bagi klub itu tidak pernah terlaksana.
Tragedi ini menewaskan 71 dari 77 penumpang, sementara 6 orang lainnya berhasil selamat. Oleh karena itu, dunia sepak bola berkabung dan memberikan penghormatan untuk Chapecoense.
Copa Sudamericana 2016 dan Perjalanan Chapecoense
Copa Sudamericana 2016 merupakan turnamen klub kasta kedua di Amerika Selatan. Turnamen ini melibatkan 47 klub dari 10 negara anggota CONMEBOL. Meskipun banyak tim besar berpartisipasi, Chapecoense justru mencuri perhatian.
Klub kecil dari Brasil ini tampil luar biasa. Selain itu, mereka berhasil menyingkirkan klub besar seperti:
-
Independiente
-
San Lorenzo
Pada akhirnya, Chapecoense melaju ke final untuk pertama kalinya. Mereka dijadwalkan menghadapi Atletico Nacional pada 30 November 2016 di Medellín.
Rencana Penerbangan Tim Chapecoense
Untuk menuju Kolombia, Chapecoense mencarter pesawat Lamia Airlines yang menggunakan Avro RJ85. Pesawat ini memiliki jangkauan terbatas. Karena itu, penerbangan jauh biasanya memerlukan transit pengisian bahan bakar.
Penerbangan 2933 membawa 73 penumpang dan 4 awak. Pada awalnya, rute tersebut dianggap aman.
Keputusan Keliru Terkait Bahan Bakar
Pesawat seharusnya berhenti di Cobija untuk pengisian bahan bakar. Namun, bandara itu tidak beroperasi pada malam hari. Akibatnya, pilot memutuskan terbang langsung ke Medellín tanpa transit.
Keputusan ini sangat berisiko karena:
-
Jarak penerbangan hampir sama dengan batas maksimal jangkauan pesawat
-
Tidak ada cadangan bahan bakar darurat
-
Aturan penerbangan internasional dilanggar
Selain itu, terdapat opsi mengisi bahan bakar di Bogota, tetapi pilot tetap memilih untuk tidak melakukannya. Kemudian, kondisi ini membawa pesawat ke situasi yang tak terhindarkan.
Kronologi Menjelang Kecelakaan
21.49
Pesawat memasuki wilayah udara Medellín. Meskipun bahan bakar sangat menipis, pilot belum mengumumkan keadaan darurat.
21.52
Pilot akhirnya menyatakan darurat bahan bakar. Namun, kondisi sudah terlanjur kritis.
21.53
Mesin pesawat mati total karena kehabisan bahan bakar. Setelah itu, semua sistem listrik ikut gagal.
21.59
Pesawat jatuh di pegunungan Cerro Gordo, hanya beberapa kilometer dari Bandara José María Córdova. Pada akhirnya, tragedi itu merenggut sebagian besar rombongan Chapecoense.
Korban dan Enam Penyintas
Dari 77 orang di dalam pesawat:
-
71 meninggal dunia
-
6 selamat
Selanjutnya, para penyintas terdiri dari tiga pemain Chapecoense, satu pramugari, satu teknisi, dan satu jurnalis.
Dunia sepak bola berduka. Bahkan, masyarakat internasional pun turut menyampaikan belasungkawa.
Hasil Investigasi Resmi
Pada Desember 2016, otoritas Kolombia merilis laporan investigasi. Laporan tersebut menyebutkan beberapa penyebab utama:
1. Kehabisan Bahan Bakar
Inilah faktor terbesar. Selain itu, tidak ada cadangan bahan bakar sesuai standar.
2. Pelanggaran Aturan Penerbangan
Lamia Airlines dianggap lalai dalam perencanaan.
3. Keputusan Pilot yang Keliru
Pilot menunda deklarasi darurat. Akibatnya, respons darurat datang terlambat.
4. Kondisi Pesawat yang Tidak Optimal
Pesawat Avro RJ85 tergolong tua. Hal ini, tentu saja, memperburuk keadaan saat darurat.
Oleh karena itu, setelah tragedi terjadi, Lamia Airlines langsung dicabut izinnya dan menghentikan operasi.
Penghormatan Dunia Sepak Bola
Atletico Nacional, yang seharusnya menjadi lawan Chapecoense, meminta agar gelar Copa Sudamericana 2016 diberikan kepada klub Brasil tersebut. Kemudian, CONMEBOL menyetujuinya.
Dengan demikian, Chapecoense resmi menjadi juara Copa Sudamericana 2016 sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Penutup
Tragedi pesawat Lamia 2933 memberikan pelajaran penting mengenai keselamatan penerbangan. Selain itu, dunia sepak bola belajar tentang solidaritas dan empati. Kisah Chapecoense akan terus dikenang, bukan hanya karena tragedinya, tetapi juga karena semangat dan perjalanan mereka yang penuh inspirasi.
Sumber : Youtube.com

