Berita Dunia Terkini – Mauna Loa, atau yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Long Mountain, selama ini dianggap sebagai gunung berapi terbesar di dunia. Terletak di pulau Hawaii, Mauna Loa adalah salah satu dari lima gunung berapi yang membentuk pulau tersebut di Samudra Pasifik. Namun, pada tahun 2013, tim peneliti asal Amerika Serikat mengguncang dunia geologi dengan sebuah penemuan mengejutkan: adanya gunung berapi bawah laut yang jauh lebih besar daripada Mauna Loa. Gunung berapi ini kemudian diberi nama Tamu Massif.
Penemuan yang Mengubah Paradigma
Tamu Massif adalah gunung berapi laut yang tidak aktif dan terletak di wilayah barat laut Samudra Pasifik. Penemuan gunung ini di umumkan pada tanggal 5 September 2013 oleh tim peneliti yang di pimpin oleh William Sager, seorang geofisikawan kelautan dari Departemen Ilmu Bumi dan Atmosfer di Universitas Houston. Sager telah memulai penelitiannya mengenai Tamu Massif sekitar tahun 1993 di Texas A&M College of Geoscience. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa Tamu Massif adalah gunung berapi perisai tunggal terbesar yang pernah ditemukan di bumi.
Ukuran dan Ciri Khas Tamu Massif
Tamu Massif terletak di Shatsky Rise, sebuah daerah tinggi di Samudra Pasifik yang berada sekitar 1.600 km di timur Jepang. Ukurannya sendiri belum dapat dipantau secara menyeluruh karena letaknya yang berada di bawah Samudra Pasifik. Berdasarkan penelitian, Tamu Massif memiliki luas sekitar 553.000 km²—sekitar dua kali ukuran Meksiko atau Kepulauan Inggris—dengan tinggi mencapai 4.460 meter dari dasar laut. Ini menjadikannya sekitar 50 kali lebih besar dari Mauna Loa.
Ciri khasnya adalah lerengnya yang datar dan lebar, menurun sekitar satu derajat dari pusat ke tepi, sedangkan gunung berapi bawah laut umumnya memiliki kemiringan antara 5 hingga 10 derajat. Tamu Massif merupakan gunung utama di salah satu dataran tinggi samudera terbesar di planet ini.
Asal Usul dan Teori Pembentukan
Penelitian menunjukkan bahwa Tamu Massif terbentuk pada periode Jurassic akhir hingga Cretaceous akhir, sekitar 145 juta tahun yang lalu, saat aliran lava masih meletus dari pusat gunung berapi dan membentuk fitur seperti perisai. Selama periode ini, medan magnet bumi mengalami pembalikan beberapa kali, meninggalkan garis-garis magnetik di kerak samudera. Proses pembentukan ini di anggap sebelumnya tidak mungkin terjadi di bumi dalam jangka waktu yang singkat.
Salah satu teori menyatakan bahwa dasar gunung berapi yang tebal dan tinggi ini setara dengan batuan basalt banjir kontinental yang merupakan produk dari aliran lava yang sangat besar dan berkepanjangan. Ada juga model plume mantel yang mendukung pembentukan Shatsky Rise dan Tamu Massif. Yang menjelaskan bahwa gunung ini di bentuk oleh aliran lava besar dari mantel bumi.
Kontroversi dan Penelitian Lanjutan
Setelah publikasi penemuan Tamu Massif, banyak media yang melaporkan bahwa gunung ini adalah gunung berapi perisai terbesar di dunia. Namun, William Sager merasa tidak nyaman dengan label tersebut. Dalam wawancara dengan majalah Newsweek, Sager mengungkapkan bahwa istilah superlatif membuatnya merasa tidak nyaman dan ada hal-hal yang masih membingungkannya tentang gunung ini.
Penelitian lanjutan oleh Sager dan timnya, yang di lakukan dengan kapal penelitian Smith dari Ocean Institute. Menunjukkan adanya anomali magnetik di gunung berapi yang cocok dengan anomali yang terlihat di tepi gunung berapi perisai besar. Namun, mereka juga menemukan bahwa gunung ini mungkin lebih merupakan dataran tinggi samudera yang terbentuk melalui proses penyebaran dasar laut daripada gunung berapi tunggal.
Sumber : Youtube