Berita Dunia Terkini – Pengerahan Pasukan Lebanon
Dalam perkembangan terbaru yang semakin memperumit situasi di Timur Tengah, Perdana Menteri Lebanon sementara, Najib Mikati, mengumumkan kesiapan negara tersebut untuk menerapkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701. Resolusi ini mendesak pengakhiran permusuhan antara Lebanon dan Israel, serta mendirikan zona demiliterisasi di selatan Sungai Litani. Hal ini di umumkan oleh Mikati pada Senin, 30 September 2024, setelah pertemuannya dengan Ketua Parlemen Nabih Berri di Beirut.
Lebanon berkomitmen untuk mengirimkan tentara ke wilayah selatan, dengan koordinasi dari misi penjaga perdamaian PBB (UNIFIL). Ini menunjukkan langkah signifikan Lebanon dalam upaya untuk mengendalikan situasi dan memperkuat keamanan di perbatasan.
Gencatan Senjata dan Respons Israel
Mikati menegaskan pentingnya gencatan senjata dan menyatakan bahwa Lebanon siap untuk berkomitmen terhadap perdamaian. Namun, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menanggapi dengan skeptis, menyatakan bahwa Tel Aviv hanya akan mempertimbangkan gencatan senjata jika Hizbullah di usir dari perbatasan utara Sungai Litani. Ini menunjukkan bahwa ketegangan antara kedua negara masih sangat tinggi, dan berbagai langkah diplomatik harus di ambil untuk mencapai stabilitas.
Dampak Kemanusiaan
Serangan Israel yang intensif di Lebanon baru-baru ini telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah. Sekitar 118.800 orang terpaksa mengungsi ke 780 tempat penampungan di seluruh negeri akibat serangan tersebut. Mikati menekankan perlunya dukungan internasional dan menyatakan bahwa Lebanon akan menerima semua sumbangan dari sumber internasional, yang akan di salurkan melalui PBB secara transparan.
Keterlibatan Komunitas Internasional
Komunitas internasional, termasuk Prancis dan Uni Eropa, telah menyuarakan keprihatinan atas potensi meningkatnya konflik yang lebih besar. Mikati mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, mengenai pentingnya mengakhiri agresi Israel dan mencari gencatan senjata. Penekanan pada penyelesaian damai adalah langkah vital untuk mencegah pertempuran yang lebih meluas di kawasan tersebut.
Ketidakstabilan Politik di Lebanon
Lebanon juga menghadapi tantangan politik internal, di mana negara tersebut belum memiliki presiden selama hampir dua tahun. Mikati berharap dapat mengadakan pemilihan presiden secepatnya setelah situasi dengan Israel membaik. Berri berjanji akan memanggil sidang parlemen untuk memilih pemimpin baru yang di sepakati.
Krisis ini menunjukkan bahwa Lebanon bukan hanya berjuang melawan ancaman eksternal, tetapi juga harus mengatasi ketidakpastian politik di dalam negeri.
Dengan situasi yang semakin memanas dan ancaman pertempuran yang lebih luas, Lebanon berusaha menavigasi jalur yang sulit. Kerja sama dengan misi UNIFIL dan dukungan internasional sangat penting untuk stabilitas jangka panjang. Namun, tanpa penyelesaian politik dan keamanan yang memadai, risiko konflik lebih lanjut tetap tinggi. Pengamat internasional terus memperhatikan perkembangan ini dengan harapan untuk melihat langkah-langkah konkret menuju perdamaian di kawasan yang telah lama di landa konflik ini.
Sumber : Tempo.co