Berita Dunia Terkini – Pada Minggu malam yang tragis, kamp pengungsian warga sipil Palestina di Rafah, Jalur Gaza, menjadi sasaran serangan udara mematikan oleh pasukan Israel. Serangan brutal tersebut menyebabkan tenda-tenda pengungsian Rafah terbakar hebat, menewaskan 45 orang dan mencederai banyak lainnya. Berdasarkan sisa-sisa pecahan senjata di pengungsian Rafah, para ahli meyakini bahwa Israel menggunakan amunisi buatan Amerika Serikat.
Detil Serangan Israel dan Bukti
Menurut laporan CNN dan analisis video dari tempat kejadian, ahli senjata peledak mengidentifikasi senjata yang di gunakan dalam serangan tersebut sebagai bom berpemandu berdiameter kecil (SDB) tipe GBU-39. Chris Comsmith, seorang ahli senjata peledak, menjelaskan bahwa GBU-39 adalah amunisi presisi tinggi yang di produksi oleh perusahaan Boeing. Meski ukurannya kecil, GBU-39 di rancang untuk menyerang target strategis dengan presisi tinggi. Namun, penggunaannya di area padat penduduk seperti kamp pengungsian Rafah menimbulkan risiko besar, menunjukkan bahwa serangan tersebut tidak mungkin terjadi secara tidak sengaja.
Analisis Amunisi Israel
Forball, ahli bahan peledak lainnya, menambahkan bahwa hulu ledak GBU-39 memiliki karakteristik yang sangat khas, terutama pada bagian panduan dan sayapnya yang unik di bandingkan dengan amunisi lainnya. Nomor seri pada sisa-sisa amunisi yang di temukan dalam lokasi serangan juga cocok dengan yang di produksi oleh pabrik Boeing California, memperkuat bukti bahwa senjata tersebut memang buatan Amerika Serikat.
Tanggapan dari Pihak Berwenang
Analisis dari para ahli senjata tersebut sejalan dengan klaim dari pihak Israel. Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari, mengakui bahwa serangan ke kamp pengungsian Rafah menggunakan dua amunisi dengan hulu ledak kecil berisi 17 kilogram bahan peledak. GBU-39 tradisional memang memiliki muatan peledak seberat 17 kilogram.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Pers Pentagon menyatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui amunisi apa yang di gunakan dalam serangan udara Israel tersebut. Pernyataan ini menimbulkan tanda tanya, mengingat Amerika Serikat selama ini di kenal sebagai pemasok senjata terbesar untuk Israel.
Respons Internasional
Serangan ke Rafah ini kembali menyoroti ketegangan serta konflik terus berlanjut antara Israel dan Palestina. Penggunaan senjata canggih di kawasan padat penduduk menimbulkan kritik internasional dan memicu seruan. Untuk penyelidikan lebih lanjut terhadap tindakan militer Israel. Komunitas internasional, termasuk organisasi hak asasi manusia. Mendesak agar serangan terhadap warga sipil segera di hentikan dan pelaku kejahatan perang di adili.
Tragedi kamp pengungsian Rafah adalah pengingat pahit akan dampak perang dan konflik bersenjata terhadap warga sipil tak berdosa. Dengan meningkatnya eskalasi kekerasan, harapan untuk perdamaian pada wilayah tersebut tampak semakin jauh.
Sumber : Youtube