Berita Dunia Terkini – Saat dunia terjerat dalam kekacauan akibat perang dagang antara dua kekuatan besar—Amerika Serikat dan Cina—ada satu negara yang secara mengejutkan menikmati angin segar dari konflik tersebut: Rusia. Negara yang selama ini dikenal sebagai langganan sanksi Barat dan konflik geopolitik ini kini tampil sebagai “kuda hitam” dalam arena ekonomi global. Dalam langkah-langkah yang bagaikan permainan catur, Rusia memainkan strateginya dengan tenang dan memukau dunia.
Rubel Jadi Bintang Utama di 2025
Siapa sangka? Rubel Rusia dinobatkan sebagai mata uang dengan kinerja terbaik di dunia pada tahun 2025. Bloomberg mencatat, nilai rubel melonjak hingga 38% terhadap dolar AS sejak awal tahun—melampaui emas yang hanya naik 23%, krona Swedia 14%, dan franc Swiss 11%. Di tengah ketidakpastian global, performa ini bukan hanya mengejutkan, tapi juga menjadi simbol bangkitnya kekuatan ekonomi yang selama ini dianggap tertinggal.
Dolar Terpuruk, Rubel Menari
Di sisi lain, dolar AS justru mengalami keterpurukan terburuk dalam tiga tahun terakhir. Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif ekstrem dari pemerintahan Trump—termasuk tarif 245% terhadap barang dari Cina dan balasan 125% dari Beijing—menggerogoti kepercayaan pasar terhadap dolar. Industri otomotif AS bahkan diprediksi menanggung kerugian hingga USD 108 miliar. Sementara itu, rubel justru terbang tinggi, seolah-olah menari di atas kekacauan.
Hangatnya Hubungan Trump-Putin: Angin Segar bagi Rusia
Keputusan mengejutkan Presiden Trump untuk membebaskan Rusia dari sejumlah tarif impor menjadi titik balik signifikan. Trump menyatakan bahwa AS “tidak berbisnis dengan Rusia” karena negara itu sedang berperang, namun langkah ini jelas mengandung pesan diplomatik terselubung. Rubel pun langsung melonjak, melampaui nilai 81 terhadap dolar, naik 40% sejak awal tahun. Janji Trump untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina juga menumbuhkan harapan dicabutnya sebagian sanksi Barat.
Strategi Ekonomi Rusia: Bukan Sekadar Keberuntungan
Keberhasilan Rusia tidak datang begitu saja. Ada tiga strategi utama yang menopang kekuatan rubel:
1. Kontrol Moneter Ketat
Bank Sentral Rusia memperketat akses ke valuta asing dan mendorong penggunaan rubel dalam transaksi domestik. Akibatnya, impor menurun drastis dan cadangan devisa meningkat.
2. Intervensi Pemerintah yang Agresif
Pemerintah menjual cadangan mata uang asing seperti dolar dan pound untuk membeli rubel, meningkatkan permintaan dan nilai tukar rubel. Kenaikan harga minyak juga menambah pasokan dolar bagi Rusia, mendongkrak nilai mata uangnya.
3. Surplus Perdagangan
Meskipun dijegal sanksi, Rusia menemukan pasar baru untuk minyak dan gasnya di Asia. India meningkatkan impor minyak dari Rusia secara signifikan, sementara perdagangan bilateral dengan Cina terus tumbuh—menjadi bantalan ekonomi yang kokoh.
Bayangan Ancaman: Minyak, Inflasi, dan Krisis Tenaga Kerja
Namun, kemenangan ini belum sepenuhnya utuh. Harga minyak—sumber pendapatan utama Rusia—mulai goyah, turun ke USD 50 per barel pada April 2025, level terendah dalam dua tahun. Penurunan ini bisa menggerus pendapatan ekspor Rusia yang mencapai lebih dari USD 100 miliar pada 2024.
Selain itu, Rusia menghadapi krisis tenaga kerja. Banyak pemuda direkrut ke militer akibat konflik berkepanjangan, menyebabkan kekurangan tenaga terampil di sektor industri dan teknologi. Imbasnya, upah melonjak dan inflasi pun tak terkendali, mencapai lebih dari 10%, jauh di atas target Bank Sentral Rusia sebesar 4%. Untuk menekan inflasi, suku bunga dinaikkan hingga 21%—langkah drastis yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Rakyat Masih Tercekik: Rubel Kuat, Dompet Tipis
Meski rubel perkasa di pasar global, rakyat Rusia belum sepenuhnya merasakan manfaatnya. Harga kebutuhan pokok melonjak, daya beli masyarakat melemah, dan kesejahteraan rakyat masih menjadi PR besar bagi pemerintah. Inilah paradoks ekonomi Rusia: kuat di luar, rapuh di dalam.
Belajar dari Masa Lalu, Bergerak ke Masa Depan
Namun Rusia bukanlah pemain baru dalam menghadapi tekanan global. Sejak invasi ke Ukraina pada 2022 dan lebih dari 20.000 sanksi di jatuhkan, Rusia tetap mampu bertahan. Bahkan ketika rubel sempat terjun bebas ke 138 per dolar, Bank Sentral dengan cepat menaikkan suku bunga dan memberlakukan kontrol modal ketat untuk menyelamatkan perekonomian.
Kini, di tengah guncangan perang dagang AS-Cina, Rusia justru tampak lebih siap di bandingkan banyak negara lain. Ketika rupiah Indonesia melemah ke Rp16.957 per dolar AS, Rusia justru berdiri tegak dengan rubel yang bersinar. Mereka juga mulai bereksperimen dengan rubel digital sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap sistem keuangan Barat.
Kesimpulan: Rusia, Pemenang Tak Terduga
Kisah Rusia di tahun 2025 adalah kisah tentang keberanian, kecerdikan, dan adaptasi luar biasa. Dengan rubel yang menguat, hubungan internasional yang mencair, dan strategi moneter yang efektif, Rusia membuktikan bahwa mereka bukan hanya bertahan, tetapi mampu unggul di tengah badai.
Namun, tantangan tetap membayangi: harga minyak yang fluktuatif, inflasi yang tinggi, dan krisis tenaga kerja adalah pengingat bahwa perjuangan belum selesai. Meski begitu, Rusia telah menunjukkan bahwa bahkan ketika dunia tampak runtuh, selalu ada ruang bagi kejutan ekonomi yang membuat dunia terdiam kagum.
Sumber : Youtube.com