Proyek Terusan Funan Techo: Ambisi Besar KambojaProyek Terusan Funan Techo: Ambisi Besar Kamboja

Berita Dunia Terkini – Pada Agustus 2024, Kamboja memulai salah satu proyek infrastruktur paling ambisius dalam sejarahnya, yaitu pembangunan Terusan Funan Techo. Proyek ini bukan hanya sekedar upaya pembangunan jalur transportasi baru, namun juga berpotensi mengubah peta geopolitik di Asia Tenggara. Meski diharapkan dapat mengurangi ketergantungan ekonomi Kamboja terhadap negara tetangga. Proyek ini juga memunculkan sejumlah masalah dan kekhawatiran yang perlu diperhatikan. Baik dari segi ekonomi, geopolitik, maupun lingkungan.

Kamboja: Terbelenggu Ketergantungan Ekonomi

Kamboja, meski memiliki garis pantai di sebelah barat daya yang berbatasan dengan Teluk Thailand, memiliki akses terbatas ke laut lepas. Satu-satunya pelabuhan perairan dalam, Pelabuhan Sihanoukville, tidak mampu memenuhi kebutuhan perdagangan yang terus meningkat. Akibat buruknya infrastruktur pelabuhan, Kamboja terpaksa mengandalkan pelabuhan-pelabuhan di Vietnam untuk kegiatan ekspor-impor, yang mengangkut sekitar 30% kargo Kamboja melalui jalur Sungai Mekong. Ketergantungan ini tidak hanya mahal, tetapi juga menempatkan Kamboja dalam posisi yang rentan secara ekonomi.

Ambisi Proyek Terusan Funan Techo: Menghubungkan Sungai Mekong dan Sungai Basak

Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, pemerintah Kamboja meluncurkan proyek besar yang akan menghubungkan Sungai Mekong dan Sungai Basak di wilayah Phnom Penh. Terusan Funan Techo akan dibangun sepanjang 180 km dengan lebar 100 meter dan kedalaman mencapai 5,7 meter, dengan anggaran sekitar 1,7 miliar USD atau sekitar Rp27,5 triliun. Proyek ini diharapkan selesai pada tahun 2028 dan mampu menurunkan ketergantungan Kamboja pada pelabuhan Vietnam menjadi hanya 10%.

Proyek ini diproyeksikan akan memberikan pendapatan sebesar 88 juta USD pada tahun pertama operasionalnya dan meningkat menjadi 570 juta USD per tahun setelah 25 tahun. Namun, estimasi biaya ini memicu banyak pertanyaan. Sebagai perbandingan, proyek kanal serupa di Cina sepanjang 100 km menghabiskan lebih dari 10 miliar USD. Banyak pihak meragukan bagaimana Kamboja bisa menyelesaikan proyek ini dengan anggaran yang jauh lebih rendah, dan beberapa analisis memperkirakan biaya tambahan yang bisa menambah beban utang negara.

Pengaruh Cina dalam Proyek dan Ketergantungan Ekonomi Kamboja

Di balik proyek ambisius ini, terdapat kekhawatiran mengenai pengaruh besar Cina terhadap pembangunan Terusan Funan Techo. Sebanyak 49% dari dana pembangunan proyek ini berasal dari Cina, yang menambah catatan panjang ketergantungan Kamboja terhadap negeri tirai bambu tersebut. Saat ini, hampir 40% dari total utang luar negeri Kamboja, yang mencapai lebih dari 11 miliar USD, berasal dari Cina.

Cina juga telah lama menjadi mitra strategis Kamboja, dengan Kamboja sering bertindak sebagai tameng untuk menghindari protes dari negara-negara Sungai Mekong terkait aliran air yang di kendalikan Cina. Lebih jauh lagi, hubungan militer kedua negara semakin menguat, seperti yang terlihat dalam latihan militer gabungan terbesar pada Mei 2024. Serta proyek renovasi pangkalan angkatan laut Ream di Sihanoukville yang sepenuhnya di danai oleh Cina. Hal ini menambah kekhawatiran akan dominasi Cina yang semakin kuat di kawasan tersebut.

Dampak Terhadap Keamanan Geopolitik dan Hubungan Internasional

Proyek ini tidak hanya mempengaruhi ekonomi dan politik domestik Kamboja, tetapi juga berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan Asia Tenggara. Amerika Serikat, yang mengawasi perkembangan di Indo-Pasifik, sudah mulai menunjukkan perhatian. Pada Desember 2024, kapal perang angkatan laut Amerika Serikat melakukan kunjungan ke Kamboja, yang menandai kunjungan pertama dalam 8 tahun. Kunjungan ini di gambarkan sebagai upaya untuk mendukung perdamaian dan keamanan regional, sebagai respons terhadap pengaruh militer Cina yang semakin besar di Kamboja.

Kekhawatiran Lingkungan: Ancaman Bagi Ekosistem Sungai Mekong

Selain isu geopolitik, pembangunan Terusan Funan Techo juga menimbulkan kekhawatiran serius di bidang lingkungan. Salah satu potensi dampaknya adalah perubahan pola aliran air Sungai Mekong, yang bisa memperburuk masalah kekeringan dan meningkatkan intrusi air asin di Delta Mekong. Wilayah yang sangat bergantung pada pertanian untuk kehidupan jutaan orang, khususnya di Vietnam.

Selain itu, pembangunan kanal ini dapat mengancam keberlanjutan ekosistem sungai Mekong yang sangat bergantung pada siklus banjir musiman. Kanal ini yang berfungsi seperti bendungan bisa menghalangi aliran air ke daerah hilir. Mengancam kehidupan flora dan fauna yang ada di sana. Perubahan ini dapat memengaruhi ketahanan pangan dan ekonomi tidak hanya di Kamboja, tetapi juga di negara-negara tetangga yang bergantung pada sungai ini.

Kemajuan Proyek yang Terus Berjalan

Meskipun banyak kritik dan kekhawatiran, proyek Terusan Funan Techo terus berjalan. Pada 5 Agustus 2024, proyek ini resmi di mulai, dan pada 21 Desember 2024, bagian pertama proses penandaan batas wilayah sepanjang 21 km telah selesai. Hingga pertengahan Desember, sekitar 55% dari penandaan batas wilayah untuk tahap pertama juga sudah selesai. Perkembangan ini menunjukkan komitmen Kamboja untuk menyelesaikan proyek ambisius ini meskipun menghadapi berbagai tantangan dan kontroversi.

Kesimpulan: Ambisi yang Berisiko

Pembangunan Terusan Funan Techo memang menjadi langkah besar bagi Kamboja dalam mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap negara tetangga dan meningkatkan kapasitas perdagangan nasional. Namun, proyek ini juga membawa dampak besar baik dari segi geopolitik, ekonomi, maupun lingkungan. Keterlibatan Cina yang dominan, potensi dampak negatif terhadap ekosistem, serta ketegangan yang bisa timbul dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat. Menjadikan proyek ini sebagai topik yang perlu terus dipantau dengan cermat. Kamboja kini menghadapi dilema antara mengejar kemajuan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur besar-besaran atau mengelola risiko yang mungkin di timbulkan dari keputusan tersebut.

Sumber : Youtube

By ALEXA