Berita Dunia Terkini – Afrika, sebagai benua yang pernah di jajah oleh bangsa Eropa di lebih dari 90% wilayahnya, masih merasakan dampak penjajahan meskipun telah merdeka. Warisan kolonial mempengaruhi perjalanan masa depan negara-negara di benua ini. Beberapa negara berhasil menjadi kaya dan sejahtera, sementara banyak yang berakhir dalam kemiskinan serta penderitaan. Dua contoh menarik adalah Botswana dan Sierra Leone. Meskipun terpisah oleh hampir 5.000 km, keduanya memiliki kisah yang mencerminkan bagaimana warisan kolonial mempengaruhi nasib suatu bangsa.
Perjalanan Ekonomi Botswana
Botswana, terletak di Afrika bagian selatan, merupakan contoh sukses dari bekas jajahan Inggris yang berkembang pesat. Negara ini dikenal sebagai salah satu tempat terbaik untuk tinggal di Afrika Sub-Sahara. Dengan pendapatan per kapita tinggi, skor Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sangat baik, infrastruktur berkualitas, serta sistem pendidikan yang memadai, Botswana menunjukkan kemajuan signifikan. Negara ini juga memiliki demokrasi stabil dan tingkat korupsi rendah, menjadikannya sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
Botswana menghadapi tantangan sebagai negara terkurung daratan dan gersang. Namun, setelah merdeka pada tahun 1966, negara ini berhasil memanfaatkan sumber daya alamnya, khususnya berlian. Penemuan cadangan berlian besar setahun setelah kemerdekaan menjadi titik balik bagi Botswana. Pemerintah, dengan bantuan penasihat internasional, merancang kebijakan untuk memastikan pendapatan dari berlian digunakan dalam pembangunan jangka panjang. Perusahaan patungan De Beers Botswana, atau Debswana, mengelola industri berlian dengan transparan serta efisien. Kini, produksi berlian menyumbang sepertiga dari PDB Botswana dan 80% dari pendapatan ekspornya. Keberhasilan ini menjadikan Botswana sebagai contoh tata kelola dan kebijakan yang baik di Afrika.
Kontras dengan Sierra Leone
Sierra Leone mengalami nasib yang sangat berbeda di bandingkan Botswana. Meskipun juga bekas jajahan Inggris dan memiliki ladang berlian, kondisi sosial hingga ekonominya jauh lebih buruk. Sierra Leone, merdeka pada tahun 1961, mengalami penindasan serta eksploitasi parah selama penjajahan Inggris. Penemuan berlian di Sierra Leone pada tahun 1930 memicu konflik besar yang dikenal sebagai “berlian berdarah” atau “blood diamonds.” Perusahaan Inggris serta pedagang asing lainnya menguasai tambang berlian, menyebabkan keuntungan besar bagi mereka sementara rakyat Sierra Leone hampir tidak merasakan manfaatnya.
Eksploitasi berlian sumber daya alam selama penjajahan dan setelah kemerdekaan menyebabkan Sierra Leone kehilangan miliaran dolar potensi pendapatan. Negara ini menghadapi kesulitan besar dalam mengelola ekonomi hingga infrastruktur pasca kemerdekaan. Pinjaman dari IMF serta Bank Dunia, yang seharusnya membantu pembangunan, sering kali menjerat negara dalam utang yang semakin menumpuk. Penurunan nilai mata uang serta eksploitasi terus-menerus mengurangi pendapatan dari tambang berlian serta memperburuk kondisi ekonomi Sierra Leone.
Konflik bersenjata pada tahun 1991, dipicu oleh ketimpangan ekonomi hingga kemiskinan ekstrem, menyebabkan krisis besar. Perang saudara ini mengakibatkan banyak korban jiwa, menghancurkan infrastruktur, menyebabkan pengungsian massal. Saat ini, Sierra Leone masih berjuang untuk pulih dari dampak konflik serta pemerintahan korup, menjadikannya sebagai salah satu negara termiskin di Afrika serta dunia.
Sumber : Youtube