Berita Dunia Terkini –Konflik di Suriah melibatkan berbagai kelompok etnis dan agama, termasuk komunitas Druze — kelompok minoritas yang menganut ajaran tersendiri yang berasal dari
Islam Syiah Ismailiyah. Di tengah perang saudara yang terus berlangsung, komunitas Druze di wilayah selatan Suriah, khususnya di Provinsi Suwayda, menghadapi
tekanan dari berbagai faksi, termasuk kelompok militan Arab Badui. Namun, yang mengejutkan banyak pihak, Israel justru membantu komunitas Druze ini. Mengapa hal
itu bisa terjadi?
Siapa Kaum Druze?
Kaum Druze merupakan kelompok etnoreligius yang mayoritas tinggal di Lebanon, Suriah, dan Israel. Meski memiliki akar dari Islam, mereka mengembangkan ajaran yang sangat tertutup dan berbeda secara mendasar dari Islam arus utama. Di Suriah, sebagian besar orang Druze tinggal di daerah pegunungan Suwayda, yang dikenal sebagai Jabal al-Druze.
Sejak konflik Suriah meletus pada 2011, kaum Druze berusaha menjaga netralitas. Namun, pada akhirnya mereka membentuk pertahanan komunitas dan melawan serangan kelompok ekstremis serta milisi bersenjata, termasuk beberapa faksi Arab Badui yang aktif dalam kekacauan bersenjata di wilayah selatan.
Konflik dengan Arab Badui
Ketegangan antara komunitas Druze dan Arab Badui sudah berlangsung lama. Perbedaan gaya hidup — Druze hidup menetap di pegunungan, sedangkan Badui hidup secara nomaden — serta perebutan sumber daya seperti air dan lahan, sering kali memicu konflik. Perang sipil Suriah memperburuk ketegangan ini karena berbagai kelompok bersenjata mulai mengklaim wilayah dan memperebutkan pengaruh.
Kelompok militan yang berbasis di daerah Badui beberapa kali melancarkan serangan terhadap desa-desa Druze. Komunitas Druze yang memiliki sistem pertahanan lokal melalui milisi komunitas mampu mempertahankan diri, meskipun mereka terus menghadapi tekanan dari sisa-sisa ISIS dan kelompok pemberontak lainnya.
Mengapa Israel Membantu?
Israel menjalin hubungan historis dan strategis dengan komunitas Druze. Di dalam negeri, sekitar 140.000 warga Druze hidup sebagai warga negara Israel, dan banyak dari mereka bertugas di militer. Hubungan ini membentuk solidaritas lintas batas, terutama saat komunitas Druze di Suriah berada dalam ancaman.
Beberapa kali, Israel memberikan bantuan kemanusiaan, medis, dan logistik kepada Druze di Suriah — khususnya ketika kelompok ekstremis mengancam desa-desa Druze di dekat perbatasan Dataran Tinggi Golan. Pemerintah Israel menyatakan bahwa mereka memberikan bantuan atas dasar kemanusiaan dan ingin melindungi komunitas yang memiliki kedekatan etnis dan budaya dengan sebagian warga Israel.
Selain alasan kemanusiaan, Israel juga ingin menjaga stabilitas di wilayah perbatasannya. Jika kelompok ekstremis menguasai wilayah Druze, mereka bisa langsung mengancam keamanan Israel.
Respons Dunia Arab
Bantuan Israel kepada Druze Suriah memicu kontroversi di dunia Arab. Beberapa pihak mengecam tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai pengkhianatan, karena banyak negara Arab masih menganggap Israel sebagai musuh. Namun, komunitas Druze sendiri melihat bantuan itu sebagai bentuk solidaritas dan upaya untuk menyelamatkan nyawa di tengah krisis yang banyak pihak abaikan.
Penutup
Perang di Suriah bukan sekadar pertarungan antara pemerintah dan pemberontak, melainkan juga menggambarkan kompleksitas identitas serta konflik etnis dan agama di kawasan tersebut. Kisah komunitas Druze yang menerima bantuan dari Israel dalam menghadapi ancaman Arab Badui memperlihatkan bagaimana sejarah, loyalitas, dan kepentingan geopolitik saling bertabrakan di tengah realitas perang modern. Bagi kaum Druze, menyelamatkan komunitas sering kali lebih penting daripada mengikuti dinamika politik besar.
Sumber : CNN NEWS