Berita Dunia Terkini – Ketika Amerika Serikat melancarkan perang dagang dengan harapan menegaskan dominasi globalnya, tak ada yang menduga bahwa justru mereka sendiri yang akan kelimpungan. Cina, yang semula diharapkan tunduk seperti negara-negara lain, ternyata menjawab dengan perlawanan yang lebih brutal dari perkiraan.
Alih-alih menyerah, Cina justru menunjukkan bahwa mereka telah naik kelas menjadi kekuatan global sejati. Bukan hanya di bidang ekonomi, tetapi juga teknologi, energi, dan militer. Amerika Serikat kini harus menghadapi kenyataan pahit: mereka telah salah mengira Cina sebagai pemain kelas dua.
Boeing Terhempas dari Langit
Salah satu korban paling mencolok dari perang dagang ini adalah raksasa industri penerbangan Amerika, Boeing. Saat pemerintahan Trump menaikkan tarif impor barang dari Cina hingga 145%, Beijing merespons dengan larangan pembelian pesawat dan suku cadang dari Boeing oleh maskapai nasional Cina.
Padahal, pasar Cina sangat vital bagi Boeing. Dari total kebutuhan 8.090 unit pesawat selama 20 tahun ke depan, sekitar 4.000 hingga 4.500 unit seharusnya datang dari Boeing. Larangan ini memukul Boeing dengan sangat keras, mengancam pembatalan 130 pesanan yang sudah masuk dan mempersempit pasar mereka secara signifikan.
Petani Amerika: Dari Pahlawan Menjadi Korban
Di sektor pertanian, dampak perang dagang terasa bahkan lebih nyata. Petani-petani Amerika, terutama penghasil kedelai di negara bagian seperti Iowa dan Nebraska, mengalami kehancuran setelah Cina mengenakan tarif tinggi atas produk pertanian AS.
Ekspor kedelai AS anjlok hingga 75% hanya dalam satu tahun. Cina beralih ke pemasok lain seperti Brasil dan Argentina. Pemerintah AS memang memberikan subsidi puluhan miliar dolar, tetapi itu tak cukup untuk menutupi kerugian jangka panjang, utang yang meningkat, hingga kasus depresi di kalangan petani.
Energi: Dua Front yang Menyakitkan
Sektor energi pun tak luput dari imbasnya. AS yang merupakan eksportir minyak dan gas alam cair (LNG) besar kehilangan pasar strategisnya. Cina, sebagai respons atas tarif tinggi, mengurangi impor LNG dan minyak dari AS dan beralih ke Iran, Rusia, Qatar, dan Australia.
Yang lebih mengkhawatirkan, Cina juga melesat dalam energi terbarukan. Dengan penguasaan hampir 80% pasar panel surya dan dominasi dalam industri baterai kendaraan listrik, Cina kini memimpin revolusi energi bersih. Sementara itu, AS baru mulai mengejar ketertinggalan melalui undang-undang seperti Inflation Reduction Act tahun 2022.
Otomotif: Ketika Detroit Digasak oleh Ban Mobil Cina
Industri otomotif Amerika Serikat juga terpukul hebat. Pada 2023, Cina secara resmi menjadi eksportir mobil terbesar di dunia. Mobil listrik (EV) buatan Cina mendominasi pasar global, sementara pabrikan Amerika baru saja beradaptasi.
Meskipun Tesla tetap menjadi pemimpin dalam EV, perusahaan tradisional seperti Ford dan General Motors tertinggal. Penetrasi EV di AS masih di bawah 10%, sangat kontras dengan perkembangan pesat di Cina dan Eropa.
Manufaktur Amerika yang Kian Terpuruk
Jika kita melihat secara keseluruhan, perang dagang justru mempercepat deindustrialisasi di Amerika. Sejak awal 2000-an, lonjakan impor dari Cina menyebabkan hilangnya jutaan pekerjaan manufaktur di AS. Penelitian dari MIT bahkan menyebutkan bahwa “China Shock” merusak ekonomi lokal secara permanen di banyak daerah industri.
Tarif yang diterapkan pada era Trump, yang dimaksudkan untuk membalik keadaan, malah menaikkan harga barang dalam negeri dan menurunkan ekspor. Akibatnya, sektor-sektor utama seperti otomotif dan elektronik justru menanggung beban berat dari kenaikan biaya produksi.
Kesimpulan: Strategi yang Berbalik Menjadi Bumerang
Perang dagang yang dimulai dengan tujuan memperkuat posisi Amerika Serikat justru memperlihatkan sisi sebaliknya. Cina tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga memperkuat cengkeramannya di berbagai sektor strategis global.
Amerika Serikat kini menghadapi tantangan besar: bukan hanya untuk pulih dari dampak ekonomi jangka pendek, tetapi juga untuk mengejar ketertinggalan dalam teknologi, manufaktur, dan energi. Sementara itu, dominasi global mereka perlahan-lahan tergeser oleh kekuatan yang dulu mereka anggap remeh.
Sumber : Youtube.com