Berita Dunia Terkini –Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja kembali meningkat. Di tengah tembakan roket dan suara dentuman artileri, sejumlah warga tetap menggembala kerbau seperti hari-hari biasa.

Militer Thailand dan Kamboja saling meluncurkan roket sejak Sabtu dini hari di sekitar kawasan sengketa Kuil Preah Vihear. Kedua pihak terus menuduh satu sama lain melanggar batas wilayah dan memicu konflik. Ledakan roket dan tembakan meriam mengguncang desa-desa di sekitar garis perbatasan dan mendorong ribuan orang meninggalkan rumah mereka.

Namun, beberapa warga memilih bertahan. Di Desa Ban Khok, hanya beberapa kilometer dari lokasi baku tembak, sejumlah petani tetap menggiring kerbau mereka ke padang rumput. Mereka beraktivitas seperti tidak terjadi apa-apa.

Bertaruh Nyawa Demi Kerbau

“Saya tidak bisa tinggalkan kerbau. Kalau saya pergi, mereka tidak makan. Kalau kerbau mati, keluarga saya juga ikut sengsara,” kata Somchai, seorang petani berusia 53 tahun sambil menggiring ternaknya.

Somchai dan warga lain memahami risiko yang mereka hadapi. Ledakan bisa datang sewaktu-waktu dan merenggut nyawa siapa pun yang berada di ladang. Namun, mereka tetap memilih bertahan karena hanya dari kerbau mereka bisa hidup. Kehilangan ternak sama saja dengan kehilangan mata pencaharian.

Petugas dari pemerintah lokal sempat datang dan menawarkan evakuasi. Mereka menyediakan tenda pengungsian di wilayah aman, tapi para petani menolak. Mereka tidak ingin meninggalkan hewan ternak, dan mereka takut orang lain merusak atau mengambil alih ladang mereka.

Hidup di Tengah Ancaman

Fenomena ini bukan hal baru. Saat konflik perbatasan meletus pada tahun 2011, warga juga tetap bertahan di ladang. Mereka menganggap risiko kelaparan dan kehilangan harta lebih nyata daripada tembakan roket.

Kolonel (Purnawirawan) Suthipong Werasuk dari Universitas Chulalongkorn menilai, warga menghadapi dilema berat. “Mereka sadar bahaya, tapi tidak punya pilihan. Negara bisa bicara soal perlindungan, tapi bagi petani, kehilangan kerbau sama saja dengan kehilangan hidup,” ujarnya.

Harapan Gencatan Senjata

ASEAN dan PBB telah menyerukan gencatan senjata. Mereka mendorong Thailand dan Kamboja segera duduk di meja perundingan. Namun, kedua negara belum mengambil langkah konkret. Sampai hari ini, militer masih berjaga, dan suara ledakan masih terdengar dari kejauhan.

Di tengah situasi genting ini, keberanian warga menjaga kerbau bukan sekadar aksi nekat. Mereka mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan satu-satunya harapan hidup yang tersisa. Saat diplomasi gagal, rakyat kecil tetap mencari cara untuk bertahan di tengah perang yang bukan mereka mulai.

Sumber : CNN NEWS

By ALEXA