Berita Dunia Terkini – Negara Suriah, dengan nama resmi Republik Arab Suriah, terletak di kawasan Timur Tengah, tepatnya di Arab Levan, Asia Barat. Negara ini berbatasan dengan Laut Mediterania di barat, Turki di utara, Irak di timur, Yordania di selatan, serta Israel, Palestina, dan Lebanon di barat daya. Suriah menerapkan sistem pemerintahan presidensial, di mana Presiden menjabat sebagai kepala negara dan memiliki kekuasaan besar, termasuk memimpin Angkatan Bersenjata, merundingkan perjanjian, serta menyatakan perang saudara atau keadaan darurat. Presiden Suriah dipilih setiap tujuh tahun melalui pemilihan yang bergantung pada suara terbanyak. Namun, negara ini sering dianggap sebagai rezim otoriter, dengan kekuasaan yang terpusat pada satu individu atau kelompok, yakni keluarga al-Assad yang telah menguasai politik Suriah sejak 1971.
Pemerintahan Bashar al-Assad dan Dominasi Keluarga al-Assad
Bashar al-Assad, yang menjadi Presiden Suriah sejak 2000, menggantikan ayahnya, Hafez al-Assad, yang memimpin negara tersebut selama tiga dekade. Meskipun memiliki cadangan sumber daya alam seperti minyak dan produk pertanian yang menjadi ekspor utama, Suriah mengalami kesulitan ekonomi yang besar akibat perang saudara yang berkepanjangan. Perang yang dimulai pada tahun 2011 ini telah mengganggu hubungan perdagangan internasional dan merusak infrastruktur ekonomi negara.
Perang Saudara Suriah: Konflik yang Memperburuk Situasi
Konflik Suriah di mulai sebagai aksi protes damai pada 2011, namun dengan cepat berkembang menjadi perang saudara besar. Pihak yang terlibat dalam konflik ini sangat beragam. Pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Bashar al-Assad mendapat dukungan dari Rusia, Iran, dan kelompok Hizbullah. Sementara itu, kelompok pemberontak, termasuk Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Tentara Pembebasan Suriah, dan pasukan Kurdi, bertempur melawan pasukan pemerintah. Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara NATO, mendukung pasukan Demokratik Suriah yang mayoritasnya Kurdi. Selain itu, Turki juga terlibat dalam aksi militer untuk membatasi pengaruh Kurdi di Suriah.
Dampak Kemanusiaan yang Menghancurkan
Perang saudara Suriah telah menyebabkan penderitaan luar biasa bagi rakyatnya. Hingga 2024, kebutuhan kemanusiaan di Suriah telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan hampir 16,5 juta orang membutuhkan bantuan. Kondisi ini semakin di perburuk oleh kekurangan dana untuk mendukung upaya bantuan internasional. Banyak wilayah di Suriah, terutama di utara dan timur laut, telah hancur akibat serangan-serangan, yang mengakibatkan lebih dari 12.000 orang mengungsi pada tahun lalu. Selain itu, infrastruktur penting seperti pusat kesehatan, sekolah, dan stasiun listrik seringkali tidak berfungsi.
Krisis Ekonomi dan Kehidupan yang Tertekan
Suriah kini menghadapi krisis ekonomi yang mendalam. Lebih dari 90% penduduk hidup dalam kemiskinan, dan separuh dari rumah tangga yang di survei mengandalkan utang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Selain itu, inflasi yang tinggi dan kekurangan pangan memperburuk situasi, dengan banyak keluarga yang kini terpaksa mempekerjakan anak-anak mereka untuk mencari nafkah. Banyak warga yang kehilangan rumah dan terpaksa berpindah-pindah tempat untuk bertahan hidup, menciptakan krisis pengungsi internal yang sangat besar.
Tantangan untuk Organisasi Kemanusiaan
Organisasi kemanusiaan, seperti IRC (International Rescue Committee), menghadapi tantangan besar dalam menyediakan bantuan yang di butuhkan. Selama beberapa tahun terakhir, kekurangan dana telah mengurangi kemampuan mereka untuk memberikan layanan yang sangat di perlukan, termasuk perawatan kesehatan. Perlindungan terhadap penyakit menular, serta dukungan untuk wanita hamil dan menyusui. Dana yang tersedia untuk program bantuan kemanusiaan di Suriah hanya mencakup kurang dari 40% dari yang di butuhkan pada tahun 2023, dan proyeksi untuk 2024 menunjukkan adanya pemotongan lebih lanjut.
Masa Depan Suriah: Ketidakpastian yang Menghantui
Masa depan Suriah tetap tidak pasti. Meskipun kelompok-kelompok bersenjata seperti HTS berjanji untuk menyatukan negara tersebut, tantangan hukum, ketertiban, dan perebutan kekuasaan masih menjadi hambatan besar. Sementara itu, utusan khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, menekankan perlunya kerja sama antara berbagai kelompok di Suriah untuk mengatasi krisis ini. Meskipun situasi yang terus berubah membuat prediksi tentang masa depan Suriah sangat sulit di lakukan.
Kesimpulan
Konflik yang berlangsung lebih dari satu dekade ini telah menghancurkan Suriah dan menenggelamkan warganya dalam penderitaan yang luar biasa. Dengan ekonomi yang hancur, infrastruktur yang rusak, dan kebutuhan kemanusiaan yang semakin meningkat. Suriah menghadapi tantangan besar untuk bangkit dari kehancuran. Sementara upaya internasional untuk memberikan bantuan terus di lakukan, akhir dari konflik ini masih tampak jauh, dan masa depan negara ini penuh ketidakpastian.
Sumber : youtube