Berita Dunia Terkini – Negara Singapura, meski di kenal sebagai negara kecil dengan luas hanya 782 km² sedikit lebih luas dari Jakarta telah meraih prestasi ekonomi yang mengesankan.
Menurut data World Bank pada tahun 2020, pendapatan per kapita Singapura mencapai $59,790 atau sekitar Rp800 juta. Angka ini menempatkan negara Singapura di posisi teratas di bandingkan dengan negara maju lainnya seperti Jepang, Prancis, dan Jerman.
Keberhasilan ekonomi negara Singapura ini tidak terlepas dari upayanya dalam mengembangkan industri dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang dikenal dengan sebutan “Macan Asia” atau “Naga Asia”, bersama Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan.
Proyek Reklamasi Daratan
Salah satu aspek menarik dari Singapura adalah sejarah panjangnya dalam proyek reklamasi daratan. Reklamasi adalah proses menambah luas daratan dengan menimbun perairan sekitar menggunakan berbagai material.
Singapura telah memulai proyek reklamasi pantai sejak tahun 1962 sebagai respons terhadap pertumbuhan penduduk dan kebutuhan ekonomi.
Proyek ini telah memperluas wilayah daratan Singapura dari 581 km² pada awal kemerdekaan menjadi 766 km² pada tahun 2000-an. Rencananya, proyek reklamasi ini akan terus berlanjut hingga 2035 untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang terus berkembang.
Ketergantungan pada Pasir Impor
Dalam proses reklamasi, pasir menjadi material utama, terutama di perairan dangkal sekitar Singapura. Namun, penggunaan pasir yang berlebihan mengakibatkan habisnya stok pasir dalam negeri.
Untuk mengatasi kekurangan ini, Singapura mulai mengimpor pasir dari negara-negara sekitar. Sayangnya, kebijakan ekspor pasir dari negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia mulai diperketat.
Pada tahun 1997, negara Malaysia melarang ekspor pasir, dan pada tahun 2007, Indonesia mengikuti dengan larangan serupa setelah ketegangan terkait pulau-pulau di antara kedua negara.
Larangan ini menyebabkan lonjakan biaya konstruksi di Singapura dan memaksa negara tersebut untuk mencari sumber pasir baru. Pada tahun 2009, Vietnam juga mengikuti jejak negara-negara lain dengan melarang ekspor pasir ke Singapura.
Kamboja, meski memberlakukan larangan sebagian, tetap menjadi salah satu pemasok utama pasir untuk Singapura. Namun, penambangan pasir di Kamboja berdampak negatif pada ekosistem lokal, mengurangi jumlah tangkapan ikan, kepiting, dan lobster serta menurunkan jumlah wisatawan.
Dampak Lingkungan dan Geopolitik
Reklamasi pantai Singapura tidak hanya mempengaruhi ekosistem lokal tetapi juga berimbas pada batas maritim antara Indonesia dan Singapura. Reklamasi yang dilakukan Singapura menyebabkan pergeseran batas maritim ke arah selatan.
Meskipun batas maritim bagian tengah antara kedua negara telah di tetapkan dan bersifat final, reklamasi pantai memungkinkan Singapura menggunakan titik pangkal baru dari daratan hasil reklamasinya dalam penentuan batas maritim.
Keuntungan dari pergeseran batas maritim ini memberi keuntungan tambahan bagi Singapura dalam hal luas wilayah dan kedaulatan teritorial, sementara Indonesia menghadapi kerugian terkait pengaturan batas wilayahnya.
Sumber : Youtube