Berita Dunia Terkini – Mudik atau pulang kampung adalah tradisi yang tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Indonesia. Namun, fenomena serupa juga terjadi di negara-negara mayoritas Muslim lainnya, seperti Bangladesh. Setiap tahun, jutaan warga Bangladesh berbondong-bondong meninggalkan ibu kota Dhaka untuk merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halaman mereka. Meskipun tradisi mudik di Bangladesh memiliki kemiripan dengan Indonesia, perjalanan mudik di negara ini penuh dengan tantangan yang luar biasa.
Tradisi Mudik di Bangladesh: Sebuah Gelombang Besar
Di Bangladesh, sekitar 20 juta orang tinggal di ibu kota Dhaka, dan setiap tahunnya, mereka melakukan perjalanan mudik untuk merayakan Idul Fitri. Proses mudik ini tidak mudah; warga Bangladesh sering kali harus mengantri berjam-jam hanya untuk mendapatkan tiket angkutan lebaran. Tak jarang, mereka rela menginap di depan loket tiket demi memperoleh tiket untuk pulang kampung.
Arus mudik yang padat ini melibatkan berbagai moda transportasi massal, seperti bus, kapal feri, dan kereta api. Setiap moda transportasi dipenuhi dengan pemudik yang berusaha pulang ke kampung halaman mereka. Salah satu moda transportasi yang paling populer adalah kapal feri. Di pelabuhan Dhaka, pemudik terlihat mengantri panjang, memadati jalur masuk kapal feri. Terkadang, saking padatnya, penumpang terpaksa duduk di lantai kapal karena tidak ada tempat duduk yang tersedia. Meski begitu, semangat warga Bangladesh untuk mudik tidak surut. Mereka tetap bersyukur dapat berkumpul dengan keluarga meskipun harus melewati perjalanan yang penuh dengan tantangan.
Kereta Api: Moda Transportasi yang Selalu Padat
Kereta api adalah salah satu pilihan utama bagi warga Bangladesh yang ingin mudik. Harga tiket kereta api lebih terjangkau dibandingkan dengan bus atau transportasi pribadi. Namun, masalah utama terletak pada jumlah kereta yang tidak sebanding dengan banyaknya penumpang. Pada musim mudik, stasiun kereta api di Dhaka dipenuhi dengan lautan manusia, bahkan beberapa penumpang terpaksa menaiki atap kereta untuk dapat melanjutkan perjalanan. Pemandangan seperti ini sangat ekstrem dan berisiko, namun tetap menjadi pilihan karena kecepatan dan efisiensinya dibandingkan moda transportasi lain.
Pada musim mudik, banyak orang memanjat dan bergelantungan di atap kereta demi mencapai tujuan mereka. Terkadang, mereka berpegangan satu sama lain agar tidak jatuh. Meski berbahaya, fenomena ini sudah menjadi hal yang biasa di Bangladesh, terutama saat perayaan besar seperti Idul Fitri. Pemerintah Bangladesh telah berusaha memperbaiki sistem transportasi, namun keterbatasan anggaran dan padatnya populasi menjadi hambatan utama.
Kondisi Bus yang Penuh Tantangan
Selain kereta api dan kapal feri, bus juga menjadi moda transportasi yang sangat di minati di Bangladesh. Namun, situasi di dalam bus tidak kalah padat dan berisiko. Banyak bus yang sudah tua dan tidak terawat, sehingga meningkatkan kemungkinan kecelakaan atau mogok di jalan. Pada musim mudik, bus bisa membawa lebih banyak penumpang daripada kapasitas yang ditentukan. Penumpang bahkan sering berdiri di lorong atau duduk di atap bus, karena bus penuh sesak.
Kondisi bus yang buruk, suhu panas, kelembaban tinggi, serta kurangnya fasilitas keselamatan semakin memperburuk perjalanan mudik. Tidak jarang insiden kecelakaan terjadi, seperti bus terguling atau bertabrakan di jalan. Dalam situasi seperti ini, perjalanan mudik di Bangladesh bisa menjadi pengalaman yang sangat tidak menyenangkan bagi para pemudik.
Masalah Harga Tiket dan Praktik Calo
Selain masalah kapasitas transportasi, pemudik di Bangladesh juga sering kali menghadapi masalah harga tiket yang tidak terjangkau. Banyak calo yang memanfaatkan situasi dengan menjual tiket bus dengan harga yang lebih tinggi dari harga asli di loket tiket. Hal ini terjadi karena banyak orang yang tidak ingin mengantri di loket, dan akhirnya membeli tiket dari calo dengan harga yang lebih mahal.
Tak hanya itu, para sopir bus juga sering kali mendapat kode dari pemarkir atau kernet bus dengan cara memukul bus, sebagai tanda bahwa bus tersebut sudah siap berangkat. Kondisi ini membuat transportasi umum di Bangladesh, meskipun sangat di butuhkan, sering kali terlihat dalam keadaan penyok dan rusak.
Kesimpulan: Tradisi Mudik yang Tak Pernah Padam
Mudik di Bangladesh, seperti di Indonesia, adalah momen yang sangat di tunggu-tunggu setiap tahun. Namun, perjalanan mudik di Bangladesh di penuhi dengan tantangan yang besar, mulai dari kepadatan transportasi, kerusakan infrastruktur, hingga masalah keselamatan. Meskipun demikian, semangat warga Bangladesh untuk pulang kampung dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga tetap tak tergoyahkan. Tradisi mudik ini bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga tentang pentingnya berkumpul dengan orang-orang tercinta di hari yang penuh berkah.
Sumber : youtube.com