Berita Dunia Terkini – Sebagian besar orang mungkin mengira bahwa pembangunan Terusan Panama di maksudkan semata-mata untuk mempersingkat waktu tempuh kapal di sekitar ujung benua Amerika Selatan. Meskipun pernyataan tersebut benar, ternyata ada alasan lain yang juga sangat penting. Salah satu alasan utama adalah untuk menghindari area perairan di kenal dengan nama Jalur Drake salah satu perairan paling berbahaya di dunia. Jalur ini telah merenggut nyawa sekitar 20.000 pelaut dan di kenal lebih ganas daripada Laut Utara.
Keberadaan Jalur Drake
Jalur Drake terletak di antara Tanjung Horn di Amerika Selatan dan Kepulauan Shetland Selatan di Antartika. Di sinilah bertemunya Samudra Atlantik, Samudra Pasifik, dan Samudra Selatan.
Karena kurangnya daratan di dekatnya, arus di Jalur ini tidak memiliki hambatan untuk meredam kecepatan angin. Menjadikannya salah satu perairan paling berombak di dunia.
Dengan lebar sekitar 1.000 km kedalaman rata-rata 3.400 meter, serta titik terdalam mencapai 4.800 meter, Jalur Drake memiliki gelombang yang bisa mencapai ketinggian hingga 15 meter.
Penjelajahan Pertama
Meskipun Jalur Drake sangat berbahaya, penjelajah pertama yang berhasil sampai ke wilayah ini adalah Sir Francis Drake. Pada tahun 1577, Ratu Elizabeth I menugaskan Drake untuk memimpin ekspedisi mengelilingi Amerika Selatan melalui Selat Magelhaens yang terkenal penuh badai.
Setelah melewati Selat Magelhaens, Drake menghadapi badai yang memisahkan armadanya. Salah satu kapal kembali ke Inggris melalui Selat Magelhaens, sementara kapal lainnya menghilang serta di duga memasuki Jalur.
Walaupun Francis Drake di kenal karena pelayarannya yang berani, ia tidak pernah melintasi Jalur ini. Penjelajah Belanda, Willem Schouten, adalah orang pertama yang benar-benar melintasi pada tahun 1616.
Barulah pada tahun 2019, enam penjelajah berhasil melintasi Jalur dengan sukses serta prestasi ini di abadikan dalam film dokumenter “The Impossible Row.”
Bahaya Alam Serta Tantangan
Jalur Drake masih menjadi salah satu perairan paling menantang hingga era modern ini. Perairan ini mengalami pertemuan arus dingin dari Antartika dan arus hangat dari Samudra Atlantik dan Pasifik Menciptakan arus yang sangat besar sekitar 115 hingga 182 juta meter kubik per detik.
Arus ini menyebabkan gelombang besar dan kondisi laut yang sangat berbahaya. Selain itu, pertemuan arus dengan suhu dan tingkat keasinan yang berbeda, serta kontur dasar laut yang bervariasi, menciptakan kondisi arus yang berputar dan sulit diprediksi.
Cuaca Ekstrem dan Kecelakaan Kapal
Cuaca di Jalur sangat tidak stabil, dengan pembentukan badai siklon yang sering terjadi. Angin kencang seperti “Roaring Forties,” “Furious Fifties,” dan “Screaming Sixties” semakin memperburuk keadaan, menyebabkan gelombang tinggi dan meningkatkan risiko kecelakaan kapal.
Contohnya, pada 7 April 2012, kapal pesiar “Marina” milik jurnalis Brazil, Xiao Laura Mosquita, tenggelam setelah dihantam angin dengan kecepatan 100 km/jam. Bahkan, pada akhir tahun 2022, sebuah kapal pesiar Viking Polaris dihantam ombak besar, mengakibatkan satu orang tewas dan empat orang lainnya terluka.
Penaklukan Jalur Drake
Meski berbahaya, Jalur ini tetap menjadi tantangan bagi mereka yang mencari petualangan ekstrem. Salah satu penjelajah yang mencatat prestasi luar biasa adalah Barbara Hernandez. Seorang perenang es yang memecahkan rekor dunia untuk renang satu mil tercepat di samudra pada Februari 2022, dengan waktu 15 menit 3 detik di Jalur Drake.
Pentingnya dalam Konteks Global
Meskipun tantangan sangat besar, wilayah ini tetap penting dalam mengatur suhu laut global. Di sinilah terjadi pertukaran air hangat dari seluruh dunia dengan air dingin dari Antartika, memainkan peran krusial dalam iklim global.
Jalur Drake, dengan semua bahaya serta keunikannya, adalah contoh nyata dari kekuatan alam yang menakjubkan sekaligus menakutkan. Keberanian untuk menjelajahinya menjadi cermin dari semangat manusia untuk mengatasi tantangan terbesar serta memahami dunia dengan lebih baik.
Sumber : Youtube