Gunung Akonkagua, yang terletak di perbatasan Argentina dan Chili, adalah salah satu mahakarya alam memikat dan menantang di dunia.
Dengan ketinggian 6.961 meter di atas permukaan laut, Akonkagua merupakan gunung tertinggi di benua Amerika, baik Selatan maupun Utara, serta menempati posisi kedua sebagai gunung tertinggi di dunia setelah Everest di Asia.
Secara geografis, Akonkagua berada di Cordillera Principal, bagian dari pegunungan Andes yang membentuk batas antara Chili dan Argentina. Terletak pada provinsi Mendoza, Argentina, gunung ini dikelilingi oleh lembah Valle de las Vacas di utara dan timur serta Valle de los Horcones Inferior barat dan selatan.
Keindahan alami Akonkagua tak hanya terletak pada ketinggiannya, tetapi juga pada gletser-gletsernya yang memukau, seperti Ventisquero Horcones Inferior yang membentang sepanjang sekitar 10 km.
Akonkagua termasuk dalam kelompok “Seven Summits,” tujuh puncak tertinggi setiap benua. Di luar benua Asia, yang terkenal dengan banyaknya gunung di atas 8.000 meter, Akonkagua menjadi salah satu tujuan utama bagi para pendaki profesional yang ingin mengklaim gelar sebagai pendaki “Seven Summits.”
Sejarah Geologi Gunung Akonkagua
Gunung ini memiliki sejarah geologi mendalam. Terbentuk dari batuan berusia antara 150 juta hingga 65 juta tahun lalu, Akonkagua dulunya adalah strato-vulkan aktif. Proses subduksi lempeng Nazca di bawah lempeng Amerika Selatan. Serta perubahan tektonik selama era Miosen mengubah gunung ini dari gunung berapi aktif menjadi puncak megah yang kita kenal sekarang.
Asal usul nama “Akonkagua” masih misterius. Sebagian sejarawan percaya bahwa nama ini berasal dari bahasa Quechua, yang berarti “penjaga putih,” merujuk pada kehadiran gunung ini yang menonjol di lanskap sekitar.
Pendakian dan Tantangan
Pendakian Akonkagua menjadi tantangan utama bagi banyak pendaki. Terdapat tiga rute utama menuju puncaknya: rute normal, rute Polish Traverse, dan rute Gletser Polandia. Rute normal adalah yang paling populer dan di anggap paling mudah karena tidak memerlukan peralatan teknis seperti tali atau kapak es. Meskipun rute ini terlihat lebih mudah. Ketinggian ekstrem dan cuaca dingin yang tak terduga tetap menjadi ancaman serius dengan tingkat kematian tinggi setiap tahunnya.
Gunung Akonkagua dijuluki “Gunung Kematian” karena tingkat kematiannya yang tinggi, sekitar 3 orang per tahun. Penyebab kematian sering terkait dengan cuaca ekstrem, serangan jantung, dan penyakit ketinggian.
Pada tahun 1992, dua pendaki Indonesia, Norman Edwin dan Didiek Samsul, kehilangan nyawa saat mencoba mencapai puncak dalam ekspedisi Seven Summits Universitas Indonesia.
Keindahan Gunung Akonkagua
Meskipun tantangan berat, Akonkagua menawarkan keindahan alam menakjubkan. Pemandangan dari puncaknya menyuguhkan panorama luar biasa dari pegunungan Andes dan lembah hijau serta formasi batuan menawan. Sekitar 3.500 pendaki mencoba menaklukkan Akonkagua setiap tahun dengan tingkat keberhasilan sekitar 60%.
Belakangan, gunung ini juga menarik perhatian pelari lintas alam. Atlet ketahanan terkenal, Kilian Jornet, menyelesaikan pendakian dan penurunan Akonkagua dalam waktu 12 jam 49 menit pada tahun 2014.
Rekor ini kemudian di pecahkan oleh Paul Egloff dari Swiss-Ekuador, yang menyelesaikan perjalanan pulang pergi dalam waktu 11 jam 52 menit.
Akonkagua terus menjadi simbol keagungan alam dan tantangan pendakian, menarik para petualang dari seluruh dunia untuk menguji batas mereka di puncak tertinggi luar benua Asia.