Berita Dunia Terkini – Banyak yang beranggapan bahwa negara yang masih mengandalkan sektor pertanian cenderung tertinggal dan miskin. Namun, Selandia Baru justru menjadi pengecualian yang menakjubkan. Meski letaknya terpencil dan jauh dari pusat perdagangan global, negara ini berhasil membangun ekonomi kuat yang sangat bergantung pada pertanian dan peternakan.
Bagaimana negara berpenduduk hanya sekitar 5 juta jiwa ini mampu menjadi eksportir utama produk susu, daging, wol, dan anggur di dunia? Inilah kisah lengkapnya.
Pola Pembangunan Ekonomi Dunia
Pada umumnya, pembangunan ekonomi negara mengikuti pola:
-
Pertanian tradisional
-
Manufaktur
-
Sektor jasa
Negara-negara maju di Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur telah meninggalkan sektor pertanian sebagai sumber ekonomi utama. Namun berbeda dengan Selandia Baru, yang tetap mempertahankan dominasi sektor pertanian namun tetap mencapai status negara maju.
Menurut data Katadata 2024, 80% ekspor Selandia Baru berasal dari sektor pertanian, menjadikannya salah satu negara agraris paling sukses di dunia.
Sejarah Ekonomi Selandia Baru: Dari Perburuan Paus ke Peternakan
Sebelum 1840, ekonomi Selandia Baru didominasi oleh:
-
Perburuan paus
-
Penangkapan ikan
-
Eksploitasi kayu
Ketika pemukim Eropa datang, pertanian mulai berkembang. Suku Maori pun belajar teknik pertanian Eropa dan ikut menanam kentang serta biji-bijian untuk diekspor ke Australia saat demam emas tahun 1850–1860-an.
Pulau Selatan: Awal Revolusi Peternakan
Padang rumput luas di Pulau Selatan menciptakan peluang besar untuk peternakan domba. Pada 1860-an, wilayah Canterbury, Otago, dan Southland menjadi pusat produksi wol terbesar di dunia, berkat tingginya permintaan dari Inggris, Eropa, dan Amerika Utara.
Pulau Utara: Terhambat oleh Lahan dan Kepemilikan Maori
Pulau Utara tumbuh lebih lambat karena:
-
Banyak tanah subur masih dimiliki Maori
-
Biaya pembukaan hutan sangat tinggi
-
Iklim lembap kurang ideal untuk domba berwol halus
Namun dua wilayah—Hawke’s Bay dan Wairarapa—menjadi pengecualian dan berkembang menjadi pusat peternakan besar.
Titik Balik: Ekspor Daging Beku Tahun 1882
Keberhasilan pengiriman daging beku pertama dari Port Chalmers ke London pada 1882 menjadi tonggak sejarah ekonomi Selandia Baru.
Inovasi ini memungkinkan negara tersebut memasok daging berkualitas tinggi ke pasar internasional tanpa takut rusak selama perjalanan panjang.
Permintaan dari Inggris melonjak tajam pada 1890-an, menjadikan Selandia Baru pemain penting di pasar daging global.
Keunggulan Geografis Selandia Baru
1. Tanah Subur dari Aktivitas Vulkanik
Aktivitas vulkanik selama jutaan tahun menciptakan tanah kaya mineral yang mendukung pertanian dan peternakan produktif.
2. Musim yang Berlawanan dengan Belahan Bumi Utara
Saat negara-negara di belahan utara memasuki musim dingin dan produksi pangan menurun, Selandia Baru justru memasuki masa panen.
Ini membuka peluang ekspor luar biasa ke 86% populasi dunia yang tinggal di utara.
3. Pasar Ekspor Utama
-
Cina, dengan populasi 1,4 miliar, menjadi pasar terbesar bagi susu dan daging.
-
Indonesia, dengan 270 juta penduduk, mengimpor banyak produk susu, daging, dan gandum dari Selandia Baru.
Tantangan Geografis: Mengapa Mereka Tidak Fokus pada Manufaktur?
Lokasi Selandia Baru yang sangat jauh dari pusat perdagangan global membuat biaya logistik menjadi sangat mahal. Jaraknya:
-
9.000 km dari Cina
-
11.000 km dari AS
-
20.000 km dari Eropa
Rantai pasokan manufaktur modern menuntut efisiensi tinggi, sehingga Selandia Baru memilih berfokus pada produk bernilai tinggi seperti:
-
Daging premium
-
Susu berkualitas dunia
-
Anggur kelas internasional
Reformasi Pertanian Tanpa Subsidi: Keputusan Berani Tahun 1984
Sebelum 1980-an, 40% pendapatan petani berasal dari subsidi pemerintah. Namun subsidi menciptakan ketergantungan dan menurunkan inovasi.
Pada 1984, pemerintah menghapus hampir seluruh subsidi pertanian secara drastis.
Awalnya banyak petani kesulitan, namun reformasi ini justru menjadi fondasi kebangkitan sektor pertanian modern.
Dampak Reformasi:
-
Pertumbuhan produktivitas naik dari 1,8% menjadi 4% per tahun
-
Populasi sapi perah meningkat menjadi 5 juta ekor
-
Industri anggur tumbuh dari 6.000 hektar menjadi 35.000 hektar
-
Diversifikasi komoditas: kiwi, anggur, hortikultura
-
Pertanian menjadi lebih efisien, inovatif, dan kompetitif
Kesimpulan
Selandia Baru adalah bukti hidup bahwa negara yang mengandalkan pertanian tidak selalu tertinggal. Dengan:
-
Kebijakan ekonomi yang cerdas
-
Tanah subur alami
-
Inovasi berkelanjutan
-
Keberanian menghapus subsidi
-
Fokus pada produk bernilai tinggi
Mereka berhasil menjadi salah satu negara dengan sektor pertanian paling maju di dunia dan tetap menjadi pemain penting dalam perdagangan global.
Sumber : Youtube.com

