Berita Dunia Terkini – Krisis ekonomi adalah kondisi yang sangat mengguncang perekonomian sebuah negara, dan Indonesia pernah mengalaminya dalam sejarahnya. Pada era Orde Lama, yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, Indonesia mengalami salah satu krisis ekonomi terparah dalam sejarah modernnya. Periode antara tahun 1963 hingga 1965 menjadi titik terendah dalam ekonomi Indonesia, ditandai dengan hiperinflasi, penurunan tajam ekspor, dan beban utang yang luar biasa. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai krisis ekonomi yang terjadi selama masa kepemimpinan Soekarno dan dampaknya terhadap negara.
Awal Mula Krisis Ekonomi di Era Orde Lama
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, negara ini menghadapi tantangan besar dalam mengelola ekonomi. Pada masa awal kemerdekaan, pemerintah Indonesia di bawah Soekarno memfokuskan pada pembangunan ekonomi, namun banyak masalah internal dan eksternal yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 1960-an, perekonomian Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda kemerosotan yang serius, dengan banyak faktor yang memperburuk keadaan.
Hiperinflasi: Puncak Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi mencapai puncaknya pada tahun 1963, ketika Indonesia mengalami hiperinflasi. Inflasi yang melampaui 100% membuat nilai mata uang rupiah terus tergerus. Pada 1962, inflasi tahunan tercatat mencapai 165%, dan pada tahun 1965, angka ini melonjak drastis menjadi 600%. Kenaikan harga barang pokok, termasuk beras dan mie, membuat banyak keluarga terpaksa menjual barang berharga untuk bertahan hidup. Misalnya, harga mie pada tahun 1962 sekitar 5 rupiah per porsi, namun pada tahun 1965 harga tersebut meroket menjadi 1.500 rupiah per porsi.
Kebijakan Ekonomi Soekarno dan Penyebab Krisis
Di bawah pemerintahan Soekarno, kebijakan ekonomi Indonesia lebih dipengaruhi oleh politik. Soekarno menerapkan sistem Demokrasi Terpimpin, yang memusatkan kontrol ekonomi di tangan pemerintah. Pemerintah membuat kebijakan yang berfokus pada perencanaan pusat dan pengendalian ketat terhadap perdagangan luar negeri. Namun, kebijakan ini tidak seimbang dengan kemampuan pemerintah untuk menjalankannya.
Pada tahun 1959, pemerintah Indonesia melaksanakan kebijakan sanering atau sanitasi uang untuk mengurangi jumlah uang yang beredar. Meski demikian, langkah ini gagal mengatasi inflasi dan memperburuk kondisi ekonomi. Sebagian besar utang Indonesia ditanggung dengan mencetak uang yang beredar tanpa batas, yang justru semakin melemahkan nilai rupiah.
Deklarasi Ekonomi (DEKON): Upaya yang Gagal
Pada tahun 1963, Presiden Soekarno meluncurkan Deklarasi Ekonomi (DEKON) sebagai langkah untuk menciptakan kemandirian ekonomi. DEKON bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada modal asing dan mengembangkan industri domestik. Namun, kebijakan ini menemui banyak kendala. DEKON gagal karena kurangnya infrastruktur yang memadai, tenaga kerja terampil, dan investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan kebijakan tersebut.
Bahkan, kebijakan ini semakin merusak hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat yang sebelumnya menjadi sumber investasi dan teknologi. Putusnya hubungan diplomatik dengan Malaysia turut memperburuk situasi ekonomi yang sudah terpuruk. Selain itu, kebijakan ini memberi ruang bagi kelompok kiri, seperti Partai Komunis Indonesia (PKI), yang mendukung pendekatan anti-kapitalis dan nasionalisasi. Ketegangan ini turut memperburuk situasi politik di dalam negeri.
Dampak Sosial dan Politik dari Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang berkepanjangan ini menciptakan ketidakstabilan sosial yang luas. Masyarakat banyak yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, dengan penghasilan yang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar. Protes dan gerakan masyarakat semakin marak, yang memunculkan ketegangan politik yang akhirnya menjadi salah satu penyebab jatuhnya pemerintahan Soekarno pada 1966.
Langkah Pemulihan Ekonomi di Era Soeharto
Setelah jatuhnya Soekarno, pemerintahan baru di bawah Presiden Soeharto berusaha mengatasi krisis ekonomi yang telah menghancurkan negara. Salah satu langkah pertama yang di ambil adalah program stabilitas ekonomi, yang melibatkan bantuan internasional dari IMF dan Bank Dunia. Soeharto juga mengandalkan tim ahli ekonomi yang dikenal dengan sebutan “Berkeley Mafia”, untuk merancang reformasi ekonomi.
Program pemulihan ini berhasil menurunkan inflasi hingga 85% pada periode 1966-1970 dan memperbaiki hubungan internasional Indonesia. Pemerintah juga mulai memperkenalkan regulasi baru yang menarik investasi asing, serta memulai rehabilitasi infrastruktur yang hancur akibat krisis.
Pembelajaran dari Krisis Ekonomi Orde Lama
Krisis ekonomi yang terjadi pada era Orde Lama memberikan pelajaran penting bagi Indonesia. Kebijakan ekonomi yang terlalu ambisius tanpa dukungan yang memadai dapat berujung pada kehancuran ekonomi. Selain itu, pentingnya stabilitas politik dan hubungan internasional yang baik juga menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi. Era Soeharto, yang berfokus pada stabilitas dan kerja sama internasional, membawa Indonesia ke dalam periode pemulihan yang lebih baik di bawah kepemimpinan baru.
Sumber : Youtube