Kontroversi Donald Trump dan Terusan Panama: Sebuah Analisis Mengenai Isu Sejarah dan GeopolitikKontroversi Donald Trump dan Terusan Panama: Sebuah Analisis Mengenai Isu Sejarah dan Geopolitik

Berita Dunia Terkini – Pada tanggal 20 Januari 2025, Donald Trump di perkirakan akan kembali menduduki kursi Presiden Amerika Serikat, membawa gaya kepemimpinan yang penuh dengan kontroversi. Salah satu pernyataan terbaru yang menggemparkan dunia adalah klaimnya mengenai Terusan Panama. Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat berhak merebut kembali Terusan Panama, sebuah jalur perairan buatan yang sangat strategis di dunia.

Terusan Panama: Jalur Vital bagi Perekonomian Dunia

Terusan Panama adalah saluran air buatan yang membelah bagian tengah Panama, menghubungkan Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik. Jalur ini menghemat perjalanan kapal lebih dari 11.000 km di bandingkan jika kapal harus berlayar mengitari Tanjung Horn di ujung selatan Amerika Selatan. Berdasarkan data dari Administrasi Perdagangan Internasional Amerika Serikat, Terusan Panama sangat penting bagi dunia bisnis, terutama dalam sektor pengiriman barang yang memerlukan waktu cepat, seperti produk yang mudah rusak atau barang-barang dengan rantai pasokan yang ketat.

Namun, Trump mengkritik tingginya biaya transit kapal melalui Terusan Panama yang di anggapnya “konyol”. Biaya untuk melintasi terusan ini bisa sangat mahal, bahkan mencapai 500.000 USD untuk kapal kargo besar dan 1 juta USD untuk kapal pesiar mewah. Biaya ini bisa meningkat lebih tinggi lagi, terutama pada saat terjadinya kekeringan yang menyebabkan panjangnya antrian kapal. Beberapa pengirim bahkan memilih untuk membayar lebih mahal agar kapalnya bisa melewati antrian tersebut. Trump juga menduga bahwa China saat ini memiliki pengaruh besar atas Terusan Panama, meskipun klaim tersebut tidak berdasar.

Kendalinya yang Dipertanyakan: Sejarah Kelam dan Kontroversi

Trump menyebutkan “kemurahan hati” Amerika Serikat terkait pembangunan Terusan Panama, namun klaim ini sangat kontradiktif dengan sejarah panjang penguasaan Amerika atas terusan tersebut. Terusan Panama di bangun pada awal abad ke-20, dengan memakan banyak korban jiwa. Pekerja-pekerja yang mayoritas berasal dari Karibia dipaksa bekerja di bawah kondisi yang sangat buruk, banyak yang meninggal akibat malaria, demam kunir, dan kecelakaan kerja.

Pada tahun 1903, Panama, yang sebelumnya merupakan bagian dari Kolombia, memisahkan diri dengan dukungan militer dari Amerika Serikat. Amerika Serikat kemudian menandatangani perjanjian dengan Panama yang memberikan hak untuk mengendalikan dan membangun Terusan Panama. Ini mengarah pada apa yang dikenal sebagai Zona Terusan Panama, yang de facto menjadi koloni Amerika Serikat hingga tahun 1979. Selama periode ini, penduduk Panama hidup dalam sistem segregasi rasial yang menimbulkan ketimpangan sosial dan ekonomi yang besar.

Perjuangan Panama Menuju Kedaulatan

Proses untuk mengembalikan kendali Terusan Panama kepada Panama di mulai pada 1970-an, saat biaya pengelolaan terusan semakin meningkat. Di bawah pemerintahan Presiden Jimmy Carter, Amerika Serikat bekerja sama dengan pemerintah Panama yang di pimpin oleh Omar Torrijos untuk merumuskan dua perjanjian penting: Perjanjian Netralitas Permanen yang memberikan hak Amerika Serikat untuk campur tangan jika di perlukan, dan Perjanjian Terusan Panama yang menjamin kendali penuh atas terusan akan di serahkan kepada Panama pada tahun 1999.

Pada awalnya, banyak warga Amerika Serikat yang menentang penyerahan ini, namun seiring waktu pandangan publik berubah. Setelah Panama menerima kendali penuh pada tahun 1999, efisiensi pengelolaan terusan meningkat secara signifikan. Bahkan, pada tahun 2006, Panama memutuskan untuk memperluas terusan guna menampung kapal kargo yang lebih besar. Dengan proyek yang memakan biaya lebih dari 5,2 miliar USD dan selesai pada 2016.

Reaksi terhadap Ancaman Trump

Pernyataan Trump yang berencana merebut kembali Terusan Panama memicu kemarahan dari pemerintah Panama. Presiden Panama, José Raúl Mulino, menegaskan bahwa setiap inci dari Terusan Panama adalah milik rakyat Panama dan tidak akan pernah di kuasai kembali oleh negara lain. Meskipun ada perbedaan pendapat di kalangan rakyat Panama, mereka tetap bersatu dalam mempertahankan kedaulatan mereka atas terusan tersebut.

Pernyataan Trump ini tidak hanya memicu ketegangan dengan Panama, tetapi juga menambah kekhawatiran di kalangan komunitas internasional. Banyak yang melihat ancaman Trump sebagai upaya untuk menghidupkan kembali retorika “America First” yang berisiko memperburuk hubungan antara Amerika Serikat dan negara-negara di Amerika Latin. Sebagai penjaga gerbang utama bagi imigran ilegal yang berusaha memasuki Amerika Serikat. Tindakan Trump bisa di anggap sebagai langkah mundur menuju imperialisme yang telah lama di tinggalkan.

Kesimpulan: Dampak terhadap Stabilitas Global

Ancaman Trump untuk merebut kembali Terusan Panama jelas berisiko besar. Tidak hanya bagi hubungan Amerika Serikat dengan Panama, tetapi juga bagi stabilitas geopolitik di kawasan tersebut. Jika retorika ini di teruskan, dampaknya mungkin akan terasa lebih luas, merusak hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara Amerika Latin yang telah berusaha selama beberapa dekade untuk memperjuangkan kedaulatan mereka. Dalam hal ini, pertanyaan besar yang perlu di jawab adalah apakah pendekatan agresif Trump akan membawa keuntungan bagi Amerika Serikat. Atau justru akan memperburuk ketegangan internasional di kawasan yang sudah sangat rentan.

Sumber : Youtube

By ALEXA