Berita Dunia Terkini – Ribuan warga Nepal turun ke jalan dan mengguncang ibu kota, Kathmandu, dengan aksi demonstrasi besar-besaran. Para demonstran menyerang rumah dinas Perdana Menteri dan membakar gedung parlemen dalam aksi yang awalnya damai namun berubah menjadi rusuh. Mereka menuntut perubahan sistem pemerintahan dan mendesak Perdana Menteri untuk mundur.

Rakyat Marah karena Krisis dan Pemerintahan yang Gagal

Warga Nepal meluapkan kemarahan karena pemerintah gagal mengatasi krisis ekonomi yang semakin parah. Harga kebutuhan pokok melonjak, angka pengangguran meningkat, dan banyak pihak menuduh pejabat melakukan korupsi. Kelompok oposisi, mahasiswa, dan aktivis sipil memimpin gelombang protes dan mengajak rakyat untuk menuntut perubahan sistem, dari republik kembali ke monarki konstitusional.

Aksi Damai Berubah Rusuh

Sejak pagi, massa mulai berkumpul di Lapangan Durbar dan bergerak menuju kompleks parlemen. Mereka membawa spanduk, berorasi, dan meneriakkan tuntutan reformasi. Polisi menghadang mereka dengan barikade dan pasukan pengamanan. Namun, para demonstran terus menekan barisan polisi dan mencoba merangsek masuk ke area terlarang.

Massa Membakar Rumah PM dan Gedung Parlemen

Sekitar pukul 15.00 waktu setempat, massa mulai melempari batu ke arah aparat. Situasi memanas ketika beberapa orang berhasil masuk ke halaman rumah dinas Perdana Menteri. Mereka membakar bagian depan rumah setelah polisi menembakkan gas air mata. Api dengan cepat menyebar ke beberapa bagian bangunan.

Tak lama kemudian, kelompok lain menyerbu kompleks parlemen dan membakar sebagian gedung. Petugas pemadam kebakaran kesulitan menjangkau lokasi karena ribuan orang masih memblokade jalan utama. Api terus berkobar dan asap tebal membumbung ke udara.

Pemerintah Bereaksi Keras

Perdana Menteri segera meninggalkan lokasi dan berpindah ke tempat yang lebih aman sebelum api melalap rumah dinasnya. Pemerintah langsung menggelar rapat darurat dan mengecam aksi demonstrasi sebagai tindakan “penghianatan terhadap demokrasi.” Pejabat tinggi menyatakan bahwa mereka akan menangkap para pelaku dan membubarkan kelompok pengacau dengan segala cara.

Militer mulai bergerak dan mengambil alih pengamanan di titik-titik rawan. Pasukan bersenjata patroli di jalan-jalan utama, sementara polisi menangkap lebih dari 100 orang yang terlibat dalam kerusuhan. Aparat juga melaporkan puluhan korban luka dari pihak demonstran dan polisi.

Seruan untuk Kembali ke Monarki

Dalam orasi mereka, para pemimpin demonstrasi mengajak rakyat untuk mengembalikan sistem monarki. Mereka menyebut sistem republik saat ini gagal menyatukan rakyat dan memperburuk ketidakstabilan. “Kami ingin raja kembali memimpin negara,” ujar salah satu orator di depan gedung parlemen yang terbakar.

Meski begitu, sebagian warga tetap mendukung sistem demokrasi. Mereka menolak aksi kekerasan dan menilai bahwa perubahan harus terjadi lewat pemilu, bukan melalui kekacauan.

Kota Masih Tegang, Nepal di Persimpangan Jalan

Pemerintah memberlakukan jam malam dan memutus akses internet di beberapa wilayah untuk menghentikan penyebaran informasi provokatif. Tentara masih berjaga, dan ribuan warga memilih tinggal di rumah karena takut aksi susulan.

Nepal kini menghadapi pilihan sulit. Rakyat sudah bersuara, tapi pemerintah belum membuka ruang dialog. Jika kedua pihak terus bersikeras, krisis bisa semakin dalam dan membahayakan masa depan negara.

Sumber : CNN NEWS

By ALEXA