Berita Dunia Terkini –Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menerapkan kebijakan dagang agresif yang mengguncang hubungan ekonomi global. Ia mengenakan tarif tinggi terhadap sejumlah negara yang dianggap merugikan perdagangan AS. Trump beralasan bahwa kebijakan ini melindungi industri dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan. Namun, kebijakan tersebut juga memicu ketegangan dagang dan balasan dari berbagai negara.
Berikut daftar negara yang Trump kenai tarif tinggi selama masa jabatannya (2017–2021):
1. Tiongkok
Trump menjadikan Tiongkok sebagai target utama dalam perang dagangnya. Ia mengenakan tarif terhadap barang impor dari Tiongkok senilai lebih dari US$ 360 miliar. Ia menuduh Tiongkok mencuri kekayaan intelektual, memberikan subsidi industri secara tidak adil, dan memanipulasi mata uang. Tiongkok pun membalas dengan mengenakan tarif terhadap produk-produk AS, terutama dari sektor pertanian.
2. Uni Eropa
Trump juga menyerang Uni Eropa dengan tarif tinggi. Pada 2018, ia menetapkan tarif 25% untuk baja dan 10% untuk aluminium dari Eropa. Uni Eropa membalas dengan tarif terhadap produk-produk AS seperti bourbon, motor Harley-Davidson, dan jeans Levi’s. Kebijakan ini memicu ketegangan dagang antara AS dan Eropa.
3. Kanada dan Meksiko
Meski tergabung dalam NAFTA (dan kemudian USMCA), presiden Trump tetap mengenakan tarif terhadap baja dan aluminium dari Kanada dan Meksiko. Ia mengklaim bahwa impor dari kedua negara tersebut merugikan industri logam AS. Kanada langsung merespons dengan tarif balasan terhadap berbagai produk AS, termasuk makanan dan barang rumah tangga.
4. India
Trump mencoret India dari skema Generalized System of Preferences (GSP) pada 2019. Ia menilai India membebani perusahaan AS dengan bea masuk tinggi dan perlakuan tidak adil. Akibatnya, ribuan produk India kehilangan fasilitas bebas tarif saat masuk ke pasar AS.
5. Turki
Trump menggandakan tarif terhadap baja dan aluminium dari Turki pada 2018. Ia mengambil langkah itu sebagai respons terhadap penahanan seorang pendeta asal AS di Turki. Kebijakan tersebut memperburuk krisis mata uang di Turki dan memicu ketegangan diplomatik antara kedua negara.
Dampak Global dan Warisan Ekonomi
Kebijakan tarif tinggi presiden Trump mengguncang rantai pasok global dan menaikkan harga barang bagi konsumen AS. Industri dalam negeri mungkin memperoleh keuntungan jangka pendek, tetapi banyak pengusaha dan konsumen menanggung beban kenaikan harga. Negara-negara mitra dagang pun membalas dengan kebijakan serupa, sehingga perang dagang pun meluas.
Pemerintahan Joe Biden memang memilih pendekatan yang lebih diplomatis, tetapi banyak tarif dari era Trump masih berlaku. Warisan ekonomi dari kebijakan proteksionis ini tetap memengaruhi arah perdagangan dunia hingga saat ini.
Kesimpulan
Donald Trump menggunakan tarif tinggi sebagai alat politik dan ekonomi untuk menekan negara-negara mitra dagang. Ia secara langsung menyerang Tiongkok, Uni Eropa, India, dan lainnya dengan kebijakan yang tajam dan keras. Dunia masih terus memantau apakah Amerika Serikat akan tetap menggunakan pendekatan ini atau kembali ke jalur perdagangan multilateral.
Sumber : CNN NEWS