Berita Dunia Terkini – China dan Rusia telah lama di kenal sebagai pendukung perjuangan Palestina. Namun, belakangan ini, kedua negara ini mengambil peran yang tak biasa dengan berupaya menjadi penengah dalam konflik Israel-Palestina. Pada Juli 2024, puluhan faksi Palestina, termasuk Hamas dan Fatah, menandatangani perjanjian di Beijing untuk membentuk “pemerintah rekonsiliasi nasional sementara” guna mengelola Gaza pasca-konflik. Pertemuan serupa juga di adakan di Moskow pada Februari 2024.
Motivasi di Balik Mediasi China dan Rusia Menjadi Penengah Israel-Palestina
Mediasi yang di lakukan oleh China dan Rusia menimbulkan pertanyaan: apa sebenarnya yang mereka cari dari intervensi ini? Menurut para pakar, ada dua tujuan utama. Pertama, untuk mengukuhkan pengaruh internasional mereka. Kedua, untuk menandingi kekuatan AS dan negara-negara Barat di dunia. Sejak di dirikan pada 1949, China selalu bersimpati terhadap isu Palestina. Mao Zedong melihat Israel sebagai bagian dari imperialisme Barat. China mengirim senjata ke Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan memberi dukungan ideologis. Namun, kebijakan luar negeri China berubah drastis setelah Deng Xiaoping, yang lebih pragmatis dalam menjalin hubungan di plomatik.
Perubahan Strategi China dan Rusia Menjadi Penengah Israel-Palestina
Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, China kembali mengintroduksi komponen ideologis dalam kebijakan luar negerinya, tetapi tetap fokus pada kepentingan praktis. Dalam konteks konflik Israel-Palestina, China ingin dipandang sebagai kekuatan besar yang bertanggung jawab dan berkomitmen untuk perdamaian. Hal ini menjadikan konflik ini sebagai ruang untuk memperkuat posisi internasionalnya, terutama di belahan bumi selatan yang mayoritas mendukung Palestina.
Pendekatan Rusia Israel-Palestina
Sementara itu, Rusia memiliki sejarah yang berbeda dalam hubungannya dengan Palestina. Saat Israel berdiri pada 1948, Uni Soviet di bawah Joseph Stalin menjadi salah satu negara pertama yang mengakui keberadaan Israel. Namun, dalam dekade berikutnya, Uni Soviet bersekutu dengan negara-negara Arab. Saat ini, Rusia berusaha menyeimbangkan hubungan antara Israel dan Palestina, tetapi hubungan itu semakin mendingin, terutama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Apa yang Di harapkan?
Rusia melihat konflik ini sebagai kesempatan untuk mengalihkan perhatian dari perang di Ukraina. Dengan terlibat dalam mediasi, Rusia berusaha untuk “keluar dari isolasi internasional” yang di timbulkan oleh negara-negara Barat setelah invasi ke Ukraina. Di sisi lain, walaupun Rusia menjalin hubungan dengan Hamas, mereka tidak mengirimkan senjata, mengingat risiko yang mungkin di timbulkan.
Perbedaan Strategi
Meskipun China dan Rusia memiliki beberapa tujuan yang sama dalam di plomasi di Timur Tengah, strategi mereka berbeda. China berupaya mempertahankan stabilitas regional dan memperluas pengaruh di plomatiknya, sementara Rusia lebih suka menciptakan ketidakstabilan yang dapat di manfaatkan untuk kepentingan geopolitiknya.
Kesimpulan
Intervensi China dan Rusia dalam konflik Israel-Palestina mencerminkan keinginan mereka untuk memperkuat pengaruh di dunia dan menandingi dominasi Barat. Namun, efektivitas mediasi mereka masih di pertanyakan. Meskipun keduanya berusaha untuk berperan sebagai penengah, hasil konkret dari upaya ini belum terlihat. Dalam konteks yang lebih luas, pendekatan ini menunjukkan bahwa politik internasional terus berkembang, dan konflik yang berkepanjangan seperti ini akan terus menjadi perhatian bagi kekuatan-kekuatan besar di dunia.
Sumber : Tempo.co