10 Negara dengan Cadangan Nikel Terbesar di Dunia10 Negara dengan Cadangan Nikel Terbesar di Dunia

Berita Dunia Terkini – Nikel adalah logam keras berwarna putih keperakan yang tahan terhadap korosi dan suhu tinggi. Ditemukan pada tahun 1751 oleh Axel Fredrik Cronstedt, logam ini termasuk elemen transisi dan banyak ditemukan dalam bentuk bijih laterit serta sulfida.

Pada awalnya, nikel digunakan secara luas untuk produksi baja tahan karat (stainless steel). Namun, seiring perkembangan teknologi dan perubahan arah global menuju energi bersih, peran nikel menjadi jauh lebih strategis.

Saat ini, nikel dibutuhkan dalam berbagai sektor modern, seperti:

  • Baterai kendaraan listrik (EV)

  • Perangkat elektronik canggih

  • Panel surya

  • Sistem penyimpanan energi

Mengapa Cadangan Nikel Kini Jadi Rebutan Dunia?

Transisi menuju energi terbarukan telah mendorong lonjakan permintaan terhadap nikel. Oleh karena itu, negara-negara dengan cadangan nikel besar kini menempati posisi penting dalam percaturan geopolitik global.

Melalui artikel ini, kita akan membahas 10 negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, berdasarkan data resmi United States Geological Survey (USGS) tahun 2025.

1. Indonesia – 55 Juta Metrik Ton (42% Cadangan Global)

Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Total cadangan nikel Indonesia mencapai sekitar 55 juta metrik ton, yang sebagian besar tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua.

Pemerintah Indonesia, menyadari potensi besar ini, telah mendorong hilirisasi industri nikel dengan serius. Salah satunya melalui:

  • Pembangunan smelter dalam negeri

  • Investasi di industri baterai lokal

  • Integrasi rantai pasok nasional dari hulu ke hilir

Meskipun demikian, lonjakan produksi yang mencapai 2,2 juta ton pada 2024 memunculkan kekhawatiran terhadap keberlanjutan. Jika tidak dikelola dengan bijak, cadangan nikel bermutu tinggi bisa habis sebelum tahun 2035. Sementara itu, cadangan bermutu rendah diperkirakan masih tersedia hingga 2069.

2. Australia – 24 Juta Metrik Ton (18%)

Australia berada di peringkat kedua secara global. Negara ini memiliki deposit nikel sulfida dengan kualitas tinggi serta proses ekstraksi yang efisien.

Produksi tahunan nikel Australia berkisar antara 110 ribu hingga 160 ribu ton. Selain itu, pendekatan konservatif dan berkelanjutan dalam industri pertambangan menjadi nilai tambah tersendiri. Misalnya, penggunaan energi terbarukan telah diadopsi di beberapa tambang utama seperti Mount Keith dan Nova Bollinger.

3. Brasil – 16 Juta Metrik Ton (12–17%)

Di posisi ketiga, Brasil menyimpan cadangan besar yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa wilayah seperti Goias menjadi pusat aktivitas pertambangan, termasuk tambang Onca Puma dan Alto Brasil.

Namun, negara ini menghadapi sejumlah tantangan. Kurangnya investasi, serta regulasi yang rumit, memperlambat pengembangan potensi tersebut. Meskipun demikian, proyek eksplorasi seperti Jaguar dan Centaurus Metals terus dikembangkan.

4. Rusia – 8,3 Juta Metrik Ton (7%)

Rusia memiliki cadangan nikel besar, terutama di wilayah Norilsk-Kharaelakh. Deposit di kawasan ini bukan hanya kaya akan nikel, tetapi juga mengandung tembaga dan logam mulia lainnya.

Perusahaan Norilsk Nickel menjadi pemain utama dalam industri ini, menyumbang sekitar 14% dari produksi nikel global. Di sisi lain, meskipun cadangannya besar, skala produksinya tergolong moderat, yakni sekitar 200 ribu ton per tahun.

5. Kaledonia Baru (Wilayah Prancis) – 7,1 Juta Metrik Ton (6–7%)

Sebagai wilayah seberang laut milik Prancis, Kaledonia Baru memiliki cadangan nikel laterit yang sangat besar. Deposit utama tersebar di Prony, Kouaoua, dan Goro.

Namun demikian, potensi besar ini tidak selalu sejalan dengan kenyataan di lapangan. Konflik politik lokal, isu lingkungan, dan ketergantungan terhadap pasar global sering kali menghambat produksi optimal.

6. Kuba – 5,5 Juta Metrik Ton (4–5%)

Kuba memiliki cadangan signifikan yang sebagian besar berada di wilayah Moa dan Mayari. Pada era 1990-an, negara ini pernah memproduksi hingga 100 ribu ton nikel per tahun.

Akan tetapi, embargo dari Amerika Serikat menghambat akses Kuba terhadap teknologi dan pasar. Oleh karena itu, Kuba kini mengandalkan kerja sama internasional, terutama dengan perusahaan Kanada seperti Sherritt International.

7. Filipina – 4,8 Juta Metrik Ton (4%)

Filipina memiliki cadangan nikel laterit yang cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah seperti Luzon, Visayas, dan Mindanao. Pada tahun 2023, Filipina sempat menjadi produsen nikel terbesar kedua di dunia.

Selain tambang lokal, perusahaan asing dari Jepang, Australia, dan China juga terlibat aktif dalam sektor ini. Pemerintah Filipina, sementara itu, terus mendorong investasi dalam fasilitas pemrosesan untuk mengurangi ketergantungan terhadap ekspor bahan mentah.

8. China – 4,2 Juta Metrik Ton (3%)

Sebagai negara industri raksasa, China tidak hanya memproduksi tetapi juga menjadi konsumen dan importir nikel terbesar dunia. Deposit nikel tersebar di provinsi Gansu, Xinjiang, dan Yunnan.

Perusahaan seperti Jinchuan Group dan China Molybdenum menjadi ujung tombak produksi domestik. Di sisi lain, karena kebutuhan dalam negeri sangat besar, China tetap sangat bergantung pada impor nikel global.

9. Kanada – 2,2 Juta Metrik Ton (2%)

Kanada memiliki tambang nikel sulfida kelas dunia di wilayah Sudbury dan Thompson Belt. Meskipun produksinya mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, Kanada tetap menempati posisi strategis.

Salah satu proyek andalan yang sedang dikembangkan adalah Project Ring of Fire, yang berpotensi besar untuk menambah produksi nikel di masa depan.

10. Amerika Serikat – 0,3 Juta Metrik Ton (0,2–0,3%)

Terakhir, Amerika Serikat masuk dalam daftar dengan cadangan nikel yang tergolong kecil. Hanya ada satu tambang aktif, yaitu Eagle Mine di Michigan, dengan produksi tahunan sekitar 17.000 ton.

Namun, menyadari pentingnya mineral kritis, pemerintah AS kini mengambil langkah strategis, seperti:

  • Meningkatkan produksi dalam negeri

  • Mendorong daur ulang mineral

  • Menjalin kerja sama internasional untuk keamanan pasokan

Kesimpulan: Masa Depan Nikel Ada di Tangan Negara Berkekuatan Tambang

Secara keseluruhan, permintaan terhadap nikel terus meningkat seiring percepatan transisi energi global. Oleh karena itu, negara-negara dengan cadangan besar seperti Indonesia, Australia, dan Brasil kini memainkan peran penting dalam masa depan industri energi bersih.

Namun, di balik potensi besar ini, terdapat sejumlah tantangan:

  • Risiko penipisan cadangan bermutu tinggi

  • Ketergantungan terhadap pasar ekspor

  • Isu keberlanjutan dan lingkungan

Indonesia, dengan cadangan nikel terbesar di dunia, berpeluang besar untuk menjadi pusat industri baterai dan energi masa depan. Meski demikian, keberhasilan tersebut hanya akan tercapai jika pengelolaan sumber daya dilakukan secara bijak, berkelanjutan, dan terintegrasi.

Sumber : YOUTUBE

By ALEXA