Berita Dunia Terkini – Di dunia yang semakin kompetitif, tak jarang kita mendengar tentang budaya kerja yang mengutamakan waktu panjang demi pencapaian maksimal. Salah satu contoh fenomena ini adalah budaya kerja 996 yang mengacu pada jam kerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam selama 6 hari dalam seminggu. Totalnya, pekerja di bawah sistem ini menghabiskan sekitar 72 jam setiap minggu di tempat kerja. Jauh lebih tinggi dari standar kerja di banyak negara. Meskipun budaya ini banyak di terapkan di sektor teknologi dan startup, terutama di Cina. Ia menimbulkan berbagai kontroversi terkait dampaknya terhadap kesehatan dan kesejahteraan pekerja.
Asal-Usul dan Popularitas Budaya Kerja 996
Budaya kerja 996 pertama kali di populerkan oleh Jack Ma, pendiri raksasa teknologi Alibaba, yang pada 2019 menyebutnya sebagai “berkah besar”. Menurut Ma, jam kerja yang panjang adalah kunci keberhasilan perusahaan-perusahaan teknologi besar di Cina dalam bersaing dengan Silicon Valley di Amerika Serikat. Dalam pandangannya, jika pekerja ingin mencapai kesuksesan yang sama, mereka harus siap bekerja selama 12 jam sehari. Pernyataan ini menambah intensitas budaya kerja 996 di Cina, yang diterima oleh banyak karyawan yang berharap dapat mencapai kemajuan profesional dan pribadi.
Namun, budaya kerja ini tidak hanya dipandang sebagai etos kerja yang memotivasi. Bagi sebagian orang, terutama di kalangan pekerja sektor teknologi. 996 sering dianggap sebagai bentuk eksploitasi yang merampas waktu pribadi mereka untuk keluarga dan kegiatan lain. Dalam banyak kasus, pekerja di haruskan untuk tidak hanya bekerja lebih lama. Tetapi juga berkomitmen penuh terhadap tujuan perusahaan, meskipun ini berisiko terhadap kesejahteraan fisik dan mental mereka.
Dampak Negatif dari Budaya Kerja 996
Salah satu dampak paling nyata dari budaya 996 adalah kelelahan kronis yang di alami oleh banyak pekerja. Jam kerja yang panjang tanpa istirahat yang memadai meningkatkan risiko gangguan kesehatan serius seperti hipertensi, di abetes, dan masalah kardiovaskular. Bahkan ada beberapa kasus kematian mendadak yang diduga disebabkan oleh kelelahan ekstrim, seperti serangan jantung atau stroke. Salah satu kejadian yang paling mencengangkan adalah kematian seorang pekerja bernama Li, yang meninggal pada akhir 2018 setelah bekerja lebih dari 300 jam dalam sebulan tanpa libur yang cukup.
Selain itu, dalam penelitian yang diterbitkan oleh South China Morning Post. Budaya 996 juga berhubungan dengan penurunan status sosial dan inklusi sosial pekerja. Banyak yang merasa terasingkan dari kehidupan sosial mereka karena tidak memiliki waktu untuk keluarga atau teman, yang memengaruhi kesehatan mental mereka.
Kehidupan Sosial yang Terkorbankan
Jam kerja yang panjang jelas merampas waktu yang seharusnya di gunakan untuk beristirahat atau menjalani kehidupan pribadi. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 70% pekerja di Cina tidak di bayar untuk lembur mereka. Meskipun beberapa tetap bertahan karena insentif finansial. Namun, dalam jangka panjang, efek dari budaya kerja ini dapat merusak keseimbangan kehidupan pribadi, yang pada gilirannya memperburuk kesehatan mental pekerja.
Protes Terhadap Budaya Kerja 996
Sebagai respons terhadap dampak negatif dari budaya kerja ini, para pekerja mulai bersuara. Pada 2019, sebuah kampanye 996. ICU di mulai di platform GitHub, dengan alasan bahwa budaya 996 berisiko besar terhadap kesehatan pekerja. Pengguna anonim yang menginisiasi protes ini menyatakan bahwa siapapun yang mengikuti sistem 996 akan berisiko berakhir di unit perawatan intensif. Kampanye ini kemudian mendapatkan perhatian luas, menyebar di media sosial Cina seperti WeChat, QQ, dan Zhihu, di mana banyak pekerja berbagi pengalaman buruk mereka tentang beban kerja yang sangat berat.
Kematian pekerja muda di industri teknologi, yang sering kali di kaitkan dengan jam kerja berlebihan, semakin memperburuk citra budaya 996. Beberapa contoh tragis termasuk kematian seorang developer di Tencent pada 2015 dan dua karyawan di Pinduoduo pada 2019. Fenomena ini mencuat sebagai sorotan utama terhadap bahaya kesehatan fisik dan mental yang di timbulkan oleh jam kerja panjang.
Respon Pemerintah dan Perubahan yang Diharapkan
Pemerintah Cina akhirnya merespons budaya 996 yang kontroversial ini. Pada Agustus 2021, Mahkamah Agung Cina bersama Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial merilis peringatan resmi bahwa 996 adalah ilegal. Mereka menegaskan bahwa jam kerja standar di Cina adalah 40 jam per minggu dengan maksimal 36 jam lembur per bulan. Namun, meskipun ada peraturan ini, banyak perusahaan besar seperti Alibaba, Tencent, dan ByteDance masih mengabaikan hukum karena lemahnya penegakan regulasi.
Pemerintah juga mendorong kesadaran tentang pentingnya Work-life Balance dan mengkritik perusahaan yang menjadikan 996 sebagai strategi bisnis. Beberapa perusahaan kini mulai memilih pendekatan yang lebih seimbang, seperti konsep Buddhist Entrepreneurs, yang mengedepankan kualitas hidup dan keseimbangan kerja sebagai prinsip utama mereka.
Kesimpulan
Budaya kerja 996 di Cina menggambarkan di lema besar dalam dunia kerja modern: Apakah kesuksesan harus selalu dibayar dengan pengorbanan besar? Di satu sisi, budaya ini telah membantu perusahaan-perusahaan teknologi di Cina tumbuh dengan pesat, seperti Alibaba, Tencent, dan Baidu. Namun, di sisi lain, ia menimbulkan banyak masalah kesehatan fisik dan mental bagi para pekerja. Yang sering kali merasa terperangkap dalam rutinitas kerja yang melelahkan tanpa ruang untuk kehidupan pribadi.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran tentang efek negatif budaya kerja ini. Ada harapan bahwa sistem kerja yang lebih manusiawi dan berkelanjutan akan mulai di terapkan. Seperti yang di sebutkan oleh banyak pekerja dan aktivis, keberhasilan perusahaan seharusnya tidak mengorbankan kesejahteraan para karyawannya. Mungkin, keseimbangan antara kerja keras dan kehidupan pribadi adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif dan sehat di masa depan.
Sumber : Youtube