Berita Dunia Terkini – Bayangkan menjadi sebuah bangsa besar dengan sejarah yang membentang ribuan tahun, budaya yang kaya, dan bahasa yang unik, tetapi tak memiliki tanah air yang di akui dunia. Inilah kenyataan yang di hadapi oleh bangsa Kurdi, salah satu kelompok etnis terbesar di dunia, yang hingga kini masih belum memiliki negara sendiri, meskipun populasinya mencapai puluhan juta. Orang Kurdi tersebar di beberapa negara seperti Turki, Irak, Iran, dan Suriah, di mana mereka seringkali hidup sebagai minoritas yang menghadapi banyak tantangan. Lalu, mengapa orang Kurdi tidak punya negara sendiri? Bagaimana perjalanan panjang mereka hingga saat ini?
Sejarah Panjang Bangsa Kurdi
Orang Kurdi adalah kelompok etnis Iranik yang berasal dari daerah pegunungan Kurdistan di Asia Barat. Wilayah ini mencakup tenggara Turki, barat laut Iran, utara Irak, dan utara Suriah. Dengan jumlah populasi sekitar 30-45 juta orang, mereka merupakan kelompok etnis terbesar keempat di Timur Tengah, setelah Arab, Turki, dan Kurdi Persia. Meskipun mereka merupakan kelompok etnis terbesar yang tersebar di beberapa negara, orang Kurdi belum memiliki negara yang diakui secara internasional.
Budaya dan Bahasa Kurdi yang Unik
Orang Kurdi memiliki identitas budaya dan bahasa yang kuat. Mereka berbicara dalam berbagai dialek bahasa bangsa Kurdi, yang termasuk dalam cabang bahasa Iran dari keluarga bahasa Indo-Eropa. Selain bahasa, budaya bangsa Kurdi juga kaya dengan musik, tarian, dan festival tradisional seperti Newroz, yang merupakan perayaan Tahun Baru Kurdi. Walaupun mayoritas orang Kurdi menganut agama Islam, ada juga yang mengikuti agama lain seperti Kristen, Yazidisme, dan Zoroastrianisme. Hal ini mencerminkan sejarah agama mereka yang beragam, termasuk pengaruh agama-agama kuno Persia yang masih terasa hingga kini.
Kurdistan: Tanah yang Terpecah
Secara historis, wilayah yang kini di kenal sebagai Kurdistan, yang berarti “tanah orang Kurdi,” berada di bawah kekuasaan berbagai kerajaan besar seperti Kekaisaran Media, Asiria, dan Persia. Meskipun wilayah ini sudah di kenal dengan nama Kurdistan sejak zaman kuno, berbagai kekuatan besar sering mencoba menguasai wilayah ini, namun bangsa Kurdi tetap mempertahankan identitas dan keberadaannya.
Pada abad ke-7 Masehi, wilayah Kurdistan ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam, yang membawa perubahan signifikan dalam struktur agama dan budaya masyarakat Kurdi. Meski banyak orang Kurdi kemudian memeluk Islam, identitas budaya mereka tetap bertahan, tercermin dalam bahasa dan tradisi mereka yang khas.
Mimpi Kurdistan: Impian yang Tertunda
Impian untuk mendirikan negara Kurdistan muncul sejak Perang Dunia I. Setelah kekalahan Kekaisaran Ottoman, negara-negara sekutu membuat kesepakatan yang membagi wilayah Ottoman menjadi negara-negara baru, salah satunya adalah perjanjian Sevres tahun 1920, yang menjanjikan otonomi atau bahkan negara bagi orang Kurdi. Namun, setelah Mustafa Kemal Ataturk memimpin revolusi di Turki dan menolak perjanjian Sevres, perjanjian Lausanne pada 1923 menghapuskan harapan orang Kurdi untuk mendirikan negara mereka. Akibatnya, wilayah Kurdistan terbagi antara Turki, Irak, Suriah, dan Iran, dan bangsa Kurdi menjadi minoritas di masing-masing negara tersebut.
Penindasan dan Diskriminasi yang Berkepanjangan
Orang Kurdi di masing-masing negara ini sering menghadapi penindasan dan diskriminasi. Di Turki, misalnya, kebijakan asimilasi yang ketat melarang penggunaan bahasa Kurdi di ruang publik dan berusaha menghapus identitas Kurdi. Pemerintah Turki bahkan melarang penggunaan pakaian tradisional Kurdi dan memaksa orang Kurdi untuk menyebut diri mereka sebagai “Turki gunung.”
Di Irak, meskipun orang Kurdi dapat berbicara bahasa mereka dan menerapkan budaya mereka, mereka juga menghadapi kekerasan dan penggusuran, seperti yang terjadi di Kirkuk, kota kaya minyak yang secara historis di dominasi oleh orang Kurdi. Pemerintah Irak memindahkan warga Arab ke kota tersebut untuk menggantikan warga Kurdi yang di paksa pindah. Pemberontakan bersenjata sering meletus, dan banyak orang Kurdi melarikan diri ke negara tetangga seperti Turki dan Iran.
Di Suriah, orang Kurdi juga menghadapi diskriminasi serupa, termasuk larangan penggunaan bahasa Kurdi dan penggantian nama tempat dengan nama Arab. Meski begitu, pada masa perang saudara Suriah, orang Kurdi berhasil mendirikan wilayah otonom yang dikenal dengan nama Rojava. Namun, wilayah ini tetap menghadapi ancaman dari Turki yang menganggapnya sebagai ancaman bagi stabilitas nasional.
Kurdistan di Tengah Politik Global
Meskipun ada upaya untuk memperoleh otonomi yang lebih besar atau bahkan kemerdekaan, impian akan negara Kurdistan belum terwujud. Di Irak, orang Kurdi berhasil mendirikan pemerintahan otonom setelah Perang Teluk 1991. Pada 2017, mereka mengadakan referendum kemerdekaan, yang meski di dukung mayoritas, di tolak oleh pemerintah Irak dan negara-negara tetangga seperti Turki dan Iran.
Di Suriah, wilayah Rojava yang dikelola oleh Kurdi mendapatkan perhatian internasional berkat peran mereka dalam melawan ISIS. Namun, upaya mereka untuk mendirikan negara yang merdeka tetap belum diakui secara resmi. Sebaliknya, negara-negara besar seperti Turki, Iran, Irak, dan Suriah sering berkoordinasi untuk menekan aspirasi kemerdekaan orang Kurdi. Mereka takut bahwa keberhasilan Kurdi di satu wilayah akan membangkitkan nasionalisme Kurdi di seluruh kawasan.
Bukan hanya faktor eksternal yang menghalangi terbentuknya negara Kurdi, tetapi juga faktor internal. Terdapat sentimen tribal yang kuat di kalangan orang Kurdi, yang sering kali menghalangi terciptanya persatuan nasional. Meskipun mereka memiliki identitas sebagai orang Kurdi, perbedaan suku, dialek, dan politik sering membuat mereka terpecah belah. Selain itu, sejarah panjang kolonialisme dan penindasan oleh kekuatan asing semakin memperumit upaya orang Kurdi untuk bersatu dan memperjuangkan kemerdekaan mereka.
Kesimpulan
Orang Kurdi adalah salah satu kelompok etnis terbesar di dunia yang belum memiliki negara sendiri, meskipun mereka memiliki sejarah panjang, budaya yang kaya, dan aspirasi yang kuat untuk merdeka. Meskipun beberapa wilayah Kurdi di Irak dan Suriah telah mendapatkan otonomi, impian untuk sebuah negara Kurdi tetap jauh dari kenyataan. Perjuangan mereka yang panjang menghadapi diskriminasi, penindasan, dan ketegangan politik di kawasan ini terus berlanjut. Namun, harapan akan sebuah negara yang merdeka tetap ada, meskipun tantangan untuk mewujudkannya sangat besar.
Sumber : Youtube