Berita Dunia Terkini – Bangsa Hittite, juga di kenal dengan nama bangsa Hait atau Hattis, merupakan peradaban kuno yang berkembang di wilayah Anatolia, yang kini menjadi bagian dari negara Turki modern. Mereka memiliki pengaruh besar dalam sejarah Timur Dekat Kuno, bersaing dengan peradaban besar seperti Mesir, Babilonia, dan Asyur. Artikel ini akan mengulas asal-usul, perkembangan, dan warisan yang ditinggalkan oleh bangsa Hittite.
Asal-Usul Bangsa Hittite
Sebelum penemuan arkeologi yang mengungkap peradaban Hittite, satu-satunya sumber informasi tentang mereka berasal dari Alkitab Ibrani. Bangsa ini sering di sebutkan sebagai musuh dari bangsa Israel dalam kitab Kejadian. Menurut teks tersebut, mereka adalah keturunan dari Het, putra Kanaan, yang merupakan keturunan Ham dari Nuh.
Namun, bukti arkeologi pertama tentang bangsa Hittite ditemukan dalam prasasti di Karum Kanes, yang kini di kenal sebagai Kultepe. Prasasti ini mencatat aktivitas perdagangan antara pedagang Asyur dan wilayah tanah Hatti. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa bangsa Hittite berasal dari migrasi suku-suku Indo-Eropa yang memasuki Anatolia sekitar milenium ketiga SM. Pada zaman perunggu, mereka hidup berdampingan dengan bangsa Hurri dan Hatti, baik melalui penaklukan maupun asimilasi.
Kebangkitan dan Puncak Kejayaan Kerajaan Hittite
Kerajaan Hittite mulai terbentuk sekitar tahun 1900 SM di wilayah Anatolia Tengah dan Utara, terutama di sekitar Sungai Kizilirmak. Seiring berjalannya waktu, kerajaan ini mengalami perkembangan pesat dan memasuki periode kejayaannya. Tiga periode utama dalam sejarah Hittite adalah:
- Kerajaan Lama (1650-1500 SM): Pada periode ini, Labarna I atau Hatusili I menaklukkan wilayah sekitar Hatusa dan memperluas kekuasaan Hittite ke wilayah Anatolia dan Mesopotamia bagian utara.
- Kerajaan Tengah (1500-1430 SM): Setelah kemunduran kerajaan lama, Raja Telepinu mengembalikan stabilitas kerajaan dan menetapkan undang-undang suksesi untuk mencegah perebutan kekuasaan.
- Kerajaan Baru (1430-1180 SM): Periode ini di tandai dengan puncak kejayaan di bawah Raja Supilu Liuma I, yang memperluas kekuasaan Hittite ke Anatolia, Levant, dan Mesopotamia utara. Pada masa ini, kerajaan Hittite juga mencapai puncak kekuatan politik dan militer.
Kejatuhan Kekaisaran Hittite
Setelah mencapai puncak kejayaannya, kekaisaran Hittite mulai mengalami kemunduran pada abad ke-12 SM. Faktor eksternal, seperti invasi bangsa Laut dan kebangkitan Kekaisaran Asiria, turut memperburuk kondisi kerajaan. Pada akhirnya, pada sekitar tahun 710 SM, sisa-sisa kekaisaran ini jatuh ke tangan bangsa Asyur, dan bangsa Hittite terbagi menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang independen.
Warisan Bangsa Hittite
Meskipun kekaisaran Hittite runtuh, warisan budaya dan sejarah mereka tetap meninggalkan jejak yang penting. Salah satu warisan terbesar mereka adalah sistem tulisan paku yang mereka adopsi dari Mesopotamia, yang di gunakan dalam catatan administrasi, agama, dan diplomasi. Selain itu, bangsa Hittite di kenal sebagai pionir dalam teknologi pengolahan besi, yang kemudian memicu revolusi Zaman Besi.
Dalam bidang pemerintahan, Hittite di kenal dengan sistem monarki konstitusional yang memungkinkan dewan bangsawan yang di sebut Panku untuk berperan sebagai penasihat raja. Raja Hittite juga dianggap sebagai wakil duniawi dari dewa badai Tarhun, yang menegaskan pentingnya agama dalam kehidupan politik mereka.
Sistem sosial Hittite cukup kompleks, dengan masyarakat di bagi dalam beberapa kelas, termasuk bangsawan, pedagang, petani, dan budak. Mereka juga di kenal memiliki hubungan dagang dengan peradaban besar lainnya seperti Mesir dan Babilonia.
Hittite dalam Sejarah Modern
Meskipun tidak ada kelompok etnis yang secara langsung mengidentifikasi diri sebagai keturunan bangsa Hittite, warisan budaya mereka tetap menjadi bagian penting dari studi arkeologi dan sejarah Anatolia Kuno. Banyak temuan arkeologi yang terus menggali lebih dalam tentang kehidupan, kebudayaan, dan kejatuhan bangsa ini.
Secara keseluruhan, bangsa Hittite adalah salah satu peradaban besar yang berperan penting dalam sejarah Timur Dekat Kuno, dan warisan mereka masih di hargai hingga saat ini dalam dunia arkeologi dan studi sejarah.
Sumber : Youtube.news