Berita Dunia Terkini – Terletak di pesisir Laut Mediterania, Alexandria adalah kota bersejarah di Mesir yang pernah menjadi salah satu pusat terpenting di dunia kuno. Dikenal sebagai simbol perpaduan budaya Yunani, Mesir, dan Timur Dekat, kota ini bukan hanya sekadar pelabuhan strategis, tetapi juga pusat intelektual, seni, dan perdagangan selama era Helenistik.
Julukan dan Letak Strategis
Secara internasional, Alexandria dikenal sebagai Pearl of the Mediterranean Coast dan Bride of the Mediterranean. Dengan luas wilayah mencapai 1.661 kilometer persegi, kota ini merupakan kota terbesar di kawasan Mediterania dan terbesar kedua di Mesir setelah Kairo. Di dirikan oleh Alexander Agung pada tahun 331 SM setelah menaklukkan Mesir dari Persia, Alexandria berdiri di delta Sungai Nil yang subur dan terhubung langsung dengan Laut Mediterania dan Danau Mariot.
Tata Letak dan Topografi Kota
Kota ini dibangun di atas tanjung sempit yang dahulu di hubungkan dengan Pulau Pharos melalui Heptastadion, tanggul kuno yang kini menyatu dengan daratan karena sedimentasi. Alexandria memiliki iklim Mediterania: musim panas yang lembap dan panas, serta musim dingin yang sejuk dan basah. Letaknya yang strategis menjadikan kota ini sebagai jembatan penting antara jalur laut dan daratan yang menghubungkan tiga benua: Eropa, Asia, dan Afrika.
Awal Mula dan Masa Keemasan Helenistik
Alexander Agung merancang Alexandria sebagai kota pelabuhan yang terlindung secara alami oleh Pulau Pharos. Meski ia sendiri tak sempat tinggal lama di kota ini, pembangunan di lanjutkan oleh jenderalnya, Ptolemy I Soter, yang kemudian mendirikan dinasti Ptolemaik. Di bawah kepemimpinan dinasti ini, Alexandria berkembang pesat. Ptolemy I mendirikan Museion—cikal bakal universitas modern—dan Perpustakaan Besar Alexandria yang menyimpan ratusan ribu gulungan papirus dari seluruh penjuru dunia kuno.
Inovasi dan Keajaiban Dunia
Pada masa Ptolemy II Philadelphus, Alexandria mencapai puncak kejayaannya. Selain memperluas perdagangan hingga ke Laut Merah dan membangun aliansi kuat. Ia juga memerintahkan pembangunan Mercusuar Pharos sekitar tahun 280 SM. Dengan tinggi mencapai 110 meter, mercusuar ini menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno dan simbol kemajuan teknologi pada masanya.
Pusat Pembelajaran dan Budaya Multikultural
Alexandria di kenal sebagai kota kosmopolitan dengan populasi campuran: Yunani, Mesir, Yahudi, Persia, dan lainnya. Bahasa Yunani Koine menjadi lingua franca, tetapi bahasa Demotik Mesir dan Ibrani juga di gunakan. Kota ini melahirkan pemikir besar seperti Eratosthenes, Hipparchus, dan Herophilos. Selain itu, karya sastra berkembang pesat dengan tokoh-tokoh seperti Callimachus dan Theocritus.
Agama dan Pergolakan Sosial
Kehidupan beragama di Alexandria mencerminkan keberagaman: dari pemujaan dewa-dewa Yunani dan Mesir, munculnya kultus Serapis, hingga penyebaran Kekristenan yang cepat di abad ke-4 M. Namun, periode ini juga di tandai dengan konflik antar agama, terutama antara umat Kristen, Yahudi, dan pagan. Pada tahun 391 M, Kaisar Theodosius I memerintahkan penghancuran kuil-kuil pagan. Termasuk Serapeum, yang di yakini menyimpan sisa koleksi perpustakaan besar.
Keruntuhan dan Kebangkitan Kembali
Gempa bumi pada abad ke-4 dan ke-6 serta penaklukan oleh bangsa Arab pada abad ke-7 M mengakhiri era kejayaan Alexandria sebagai pusat ilmu. Namun, di bawah pemerintahan Muhammad Ali Pasha pada abad ke-19. Kota ini mengalami kebangkitan modern lewat pembangunan pelabuhan dan kanal baru. Kini, Alexandria adalah rumah bagi sekitar 5,6 juta jiwa dan tetap menjadi kota terbesar kedua di Mesir.
Alexandria Masa Kini
Saat ini, Alexandria adalah pusat ekonomi dan budaya yang vital bagi Mesir. Pelabuhannya menangani sekitar 60% perdagangan maritim nasional. Industri tekstil, makanan olahan, dan petrokimia berkembang pesat, begitu juga sektor pariwisata. Tempat-tempat ikonik seperti Bibliotheca Alexandrina, Teater Romawi Kom El-Dikka, dan Museum Nasional Alexandria menarik jutaan pengunjung setiap tahunnya.
Warisan Abadi Alexandria
Alexandria tak hanya meninggalkan warisan fisik berupa situs bersejarah dan reruntuhan kuno, tetapi juga warisan intelektual dan budaya yang mendunia. Perpustakaan Besar Alexandria menjadi simbol semangat pencarian ilmu pengetahuan. Kota ini membuktikan bahwa peradaban bisa tumbuh dari perpaduan budaya yang beragam, menjadikannya tidak sekadar titik di peta, tetapi bab penting dalam sejarah umat manusia.
Sumber : Youtube.com