Berita Dunia Terkini – Negara Jepang dikenal sebagai negara yang ramah dan maju dalam teknologi serta ekonomi. Namun, perubahan signifikan terjadi setelah kekalahan memilukan pada Perang Dunia II. Dulu, Jepang adalah bangsa yang kuat, penuh ambisi, dan agresif dalam ekspansi wilayah, tetapi setelah kekalahan, negara ini harus menghadapi kenyataan pahit yang mengubah jalannya sejarah mereka.
Negara Jepang: Sebuah Bangsa yang Tertunduk Setelah Kekalahan
Pada akhir Perang Dunia II, Jepang, yang sebelumnya merupakan kekuatan militer yang dominan di Asia Timur dan Pasifik, di paksa tunduk melalui perjanjian damai yang membatasi kemampuan militer mereka. Negara ini tidak lagi di izinkan memiliki militer ofensif, melainkan hanya pasukan bela diri yang terbatas untuk mempertahankan diri. Setelah tahun 1945, Jepang yang dulu menebar teror kini menjadi negara yang tidak berdaya secara militer.
Kekejaman Negara Jepang Selama Perang Dunia II
Selama periode agresi militer Jepang dari tahun 1937 hingga 1945, berbagai tragedi kemanusiaan terjadi di wilayah yang di duduki Jepang, meninggalkan jejak penderitaan yang mendalam. Salah satu episode paling kelam adalah Pembantaian Nanjing, di mana tentara Jepang membantai antara 200.000 hingga 300.000 warga sipil Tiongkok. Keberutalan ini mencakup pembunuhan massal, pemerkosaan, penyiksaan, dan pembakaran kota. Para wanita juga menjadi korban pemerkosaan dengan jumlah yang sangat besar, di perkirakan antara 20.000 hingga 80.000 wanita menjadi korban kekerasan seksual oleh tentara Jepang.
Romusha: Buruh Paksa dari Asia Tenggara
Selain kekejaman terhadap warga sipil, Jepang juga memaksa jutaan penduduk Asia Tenggara menjadi buruh paksa, atau romusha. Mereka di paksa bekerja di proyek-proyek infrastruktur dalam kondisi yang sangat buruk. Para romusha seringkali kelaparan, di siksa, dan di paksa bekerja tanpa henti. Di Indonesia, ratusan ribu hingga jutaan orang terpaksa menjadi romusha, dengan banyak yang meninggal akibat kelaparan, penyakit, dan penyiksaan.
Unit 731: Eksperimen Biologis yang Kejam
Keberutalan Jepang mencapai puncaknya melalui Unit 731, sebuah unit militer yang melakukan eksperimen biologi dan kimia yang tidak manusiawi. Para korban, yang sebagian besar adalah tawanan perang dari Tiongkok, Rusia, dan Korea, di jadikan bahan eksperimen yang melibatkan pembedahan hidup-hidup, pengujian senjata biologis, dan pembekuan tubuh. Di perkirakan antara 3.000 hingga 250.000 orang menjadi korban eksperimen ini. Unit 731 menjadi simbol dari penyalahgunaan ilmu pengetahuan untuk kejahatan perang.
Kejahatan terhadap Wanita: “Jukun Ianfu”
Salah satu bentuk kekejaman lainnya adalah sistem “Jukun Ianfu” atau “comfort women” yang melibatkan pemerkosaan sistematis terhadap wanita-wanita muda dari Korea, Cina, Filipina, dan Indonesia. Wanita-wanita ini di paksa bekerja di rumah bordil militer, melayani tentara Jepang secara seksual. Banyak dari mereka meninggal akibat penyakit, kekerasan, atau kelelahan. Meskipun pemerintah Jepang akhirnya mengakui keberadaan sistem ini pada tahun 1993, banyak korban yang merasa bahwa permintaan maaf tersebut tidak tulus dan menuntut kompensasi yang lebih adil.
Kejamnya Bataan Death March
Salah satu peristiwa tragis yang menambah daftar kekejaman Jepang adalah Bataan Death March, di mana ribuan tawanan perang Filipina dan Amerika di paksa berjalan kaki lebih dari 100 kilometer di bawah terik matahari tropis menuju kamp tahanan. Selama perjalanan ini, mereka dipukuli, ditendang, dan disiksa hingga ribuan dari mereka meninggal akibat kelelahan, kelaparan, dan kekerasan.
Pembantaian Manila: Salah Satu Kejahatan Terburuk
Pada 1945, saat pasukan Jepang terkepung oleh pasukan Amerika, mereka melancarkan pembantaian besar-besaran di Manila. Diperkirakan antara 100.000 hingga 500.000 warga sipil Filipina di bunuh secara brutal oleh tentara Jepang, sementara ribuan wanita di perkosa dan di bunuh. Pembantaian ini juga melibatkan penghancuran banyak bangunan bersejarah di kota Manila, termasuk rumah sakit dan gereja.
Jepang Pasca Perang: Transformasi yang Radikal
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II dan penghancuran moral akibat bom atom di Hiroshima dan Nagasaki mengakhiri perang dan memaksa negara ini untuk menjalani transformasi radikal. Jepang dijajah oleh pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan proses demiliterisasi dimulai. Angkatan bersenjata Jepang dibubarkan, dan berbagai senjata serta peralatan militer dihancurkan atau disita.
Pada tahun 1947, Jepang mengadopsi konstitusi baru yang sangat pasifis. Pasal 9 konstitusi Jepang secara eksplisit menolak perang dan melarang pembentukan angkatan bersenjata. Namun, ancaman eksternal yang muncul selama Perang Dingin mendorong Jepang untuk membentuk Pasukan Bela Diri Jepang pada tahun 1954. Pasukan ini tidak di anggap sebagai angkatan bersenjata dalam pengertian konvensional, namun mereka tetap berfungsi untuk mempertahankan negara.
Kesimpulan: Sejarah Kelam yang Mengubah Jepang
Perang Dunia II meninggalkan bekas yang mendalam dalam sejarah Jepang. Negara yang dahulu merupakan kekuatan militer yang menakutkan kini harus bertransformasi menjadi negara damai yang mematuhi prinsip-prinsip antimiliterisme. Meskipun Jepang telah berubah, bayang-bayang kekejaman masa lalu tetap menjadi bagian dari sejarah yang tak bisa di lupakan.
Sumber : youtube