Berita Dunia Terkini – Korea Utara, secara resmi dikenal sebagai Republik Demokratik Rakyat Korea (RDPRK), adalah salah satu negara yang paling tertutup dan terisolasi di dunia. Dikenal dengan rezim diktatornya yang mengendalikan hampir setiap aspek kehidupan rakyatnya, negara ini menjadi contoh ekstrem dari kediktatoran dan ketertutupan. Pemerintah Korea Utara tidak hanya menjaga kendali atas informasi, tetapi juga menekan perbedaan pendapat dan menggunakan jaringan penjara politik untuk membungkam oposisi. Warga negara tidak memiliki kebebasan dasar seperti kebebasan berbicara, berkumpul, dan beragama. Semua kegiatan masyarakat diawasi oleh aparat keamanan negara, yang membuat kehidupan mereka terkurung dalam pengawasan ketat.
Akar Sejarah dan Pembagian Semenanjung Korea
Kehadiran Korea Utara sebagai negara yang tertutup tidak muncul begitu saja. Akar sejarah negara ini bermula pada akhir Perang Dunia II, ketika Semenanjung Korea di bagi menjadi dua zona pendudukan setelah kekalahan Jepang pada tahun 1945. Uni Soviet mengelola bagian utara, sementara Amerika Serikat mengelola bagian selatan. Meskipun pembagian ini awalnya di maksudkan untuk melucuti tentara Jepang, ketegangan antara dua negara adidaya tersebut menyebabkan pembentukan dua negara terpisah pada tahun 1948: Republik Demokratik Rakyat Korea di utara dan Republik Korea di selatan.
Di utara, Kim Il-sung, seorang mantan gerilyawan komunis anti-Jepang, segera mengambil alih kekuasaan dengan dukungan dari Soviet. Ia membangun kediktatoran stalinis dan menciptakan kultus kepribadian yang kuat. Kim Il-sung menggambarkan dirinya sebagai sosok penyelamat bangsa Korea, dan ia mengadopsi ideologi Juche, yang menekankan pada kemandirian dan swasembada sebagai prinsip panduan negara.
Perang Korea dan Dampaknya terhadap Korea Utara
Pada tahun 1950, Korea Utara di bawah kepemimpinan Kim Il-sung menyerbu Korea Selatan, yang memicu Perang Korea. Perang ini segera berkembang menjadi perang proksi antara Amerika Serikat dan sekutunya di pihak Korea Selatan, serta Uni Soviet dan Cina di pihak Korea Utara. Perang ini berlangsung tiga tahun dan menyebabkan jutaan korban jiwa serta kehancuran ekonomi yang besar di kedua belah pihak. Meskipun pada tahun 1953 genjatan senjata tercapai, Perang Korea memperkuat posisi Kim Il-sung sebagai pemimpin, namun negara ini harus menanggung kehancuran infrastruktur dan ekonomi.
Pengalaman perang ini semakin memperkuat keyakinan Kim untuk membangun negara yang kuat secara militer dan mandiri. Isolasi yang semakin di perkuat membuat Korea Utara semakin tertutup dari dunia luar. Kim Il-sung fokus pada pembangunan negara dengan prinsip Juche, yang di terjemahkan menjadi kendali negara yang ketat dan ekonomi terencana secara terpusat.
Dinasti Kim dan Kepemimpinan Kim Jong-il
Setelah kematian Kim Il-sung pada tahun 1994, kepemimpinan Korea Utara beralih kepada putranya, Kim Jong-il. Kim Jong-il, seperti ayahnya, membangun kultus individu yang sangat kuat. Ia digambarkan sebagai pemimpin jenius dan visioner melalui propaganda yang di sebarkan oleh negara. Pada masa pemerintahannya, Korea Utara di landa kelaparan yang parah pada pertengahan 1990-an, yang di kenal dengan nama “pawai sulit.” Bencana ini di perparah dengan keruntuhan Uni Soviet, yang mengakibatkan hilangnya bantuan ekonomi.
Meski dalam kondisi krisis, Kim Jong-il memperkuat kebijakan Songun, yang memprioritaskan militer di atas segala sektor lain, serta meluncurkan program senjata nuklir yang memicu ketegangan dengan komunitas internasional. Sanksi ekonomi yang di berikan oleh Amerika Serikat dan sekutunya semakin memperburuk kondisi ekonomi negara ini, namun pemerintah Korea Utara tetap mempertahankan militer yang besar.
Kim Jong-un dan Kelanjutan Kekuasaan Dinasti Kim
Pada tahun 2011, setelah kematian Kim Jong-il, kepemimpinan Korea Utara di ambil alih oleh putranya, Kim Jong-un. Meskipun masih muda, Kim Jong-un dengan cepat membangun kekuasaannya melalui serangkaian pembersihan terhadap pejabat yang di anggap tidak setia. Salah satu pembersihan yang terkenal adalah eksekusi pamannya sendiri, Jang Song-thaek, yang merupakan salah satu pejabat paling berkuasa di Korea Utara.
Di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, Korea Utara terus mengembangkan program senjata nuklir dan uji coba rudal balistik antar benua. Negara ini juga memperkenalkan kebijakan “byungjin,” yang bertujuan untuk mengembangkan senjata nuklir dan ekonomi secara bersamaan. Seperti ayah dan kakeknya, Kim Jong-un di kelilingi oleh kultus individu, di mana dirinya di gambarkan sebagai pemimpin yang bijaksana dan berani.
Ketertutupan dan Pengawasan Ketat oleh Aparat Keamanan
Korea Utara di kenal dengan aparat keamanan yang luas dan kejam. Badan keamanan utama, Kementerian Keamanan Negara (Bowibu), memiliki jaringan informan yang memantau setiap warga negara. Penahanan dan penyiksaan terhadap mereka yang di anggap melawan pemerintah adalah hal biasa. Ada juga jaringan penjara politik yang di kenal dengan nama “Kampo,” tempat tahanan politik mengalami penyiksaan, kelaparan, dan eksekusi. Meskipun pemerintah Korea Utara menyangkal keberadaan kem-kem penjara ini, bukti-bukti dari satelit dan kesaksian para pembelot mengonfirmasi keberadaannya.
Selain itu, Korea Utara juga memiliki catatan hak asasi manusia yang sangat buruk. Pemerintah sering melakukan pelanggaran hak asasi manusia, termasuk eksekusi di luar hukum, penyiksaan, penangkapan sewenang-wenang, hingga kerja paksa. Media di Korea Utara sepenuhnya di kendalikan oleh negara, dan tidak ada jurnalisme independen yang di izinkan. Propaganda negara di gunakan untuk mengontrol informasi dan membentuk opini publik yang mendukung rezim.
Kondisi Ekonomi dan Ketergantungan pada Bantuan Asing
Meskipun Korea Utara memiliki kebijakan ekonomi yang terpusat, negara ini terus menghadapi masalah besar dalam hal kemiskinan dan kelaparan. Ekonomi negara sangat bergantung pada bantuan asing, terutama dari Cina, yang menyediakan pangan, bahan bakar, dan komoditas lainnya. Selain itu, Korut juga terlibat dalam berbagai kegiatan ilegal, seperti pemalsuan uang, perdagangan obat-obatan, dan serangan cyber untuk menghasilkan mata uang asing. Meskipun ekonomi resmi negara ini terpuruk, Korut tetap mempertahankan kekuatan militer yang besar dan terus mengejar pengembangan senjata nuklir.
Ketertutupan Sosial dan Kontrol Pemerintah atas Kehidupan Warga Negara
Kehidupan sosial di Korea Utara sangat di kontrol oleh pemerintah. Masyarakat di bagi dalam kelompok-kelompok sosial di mana status sosial seseorang di tentukan oleh latar belakang keluarga dan kesetiaannya kepada pemerintah. Anggota Partai Buruh Korea dan militer menikmati hak istimewa. Sementara mereka yang di anggap tidak setia di perlakukan buruk dan dapat di kirim ke kem penjara politik.
Pendidikan di Korea Utara bersifat wajib dan gratis hingga usia 17 tahun. Namun kurikulumnya sangat politis, dengan tujuan untuk menanamkan kesetiaan kepada pemerintah dan keluarga Kim. Begitu juga dalam bidang kesehatan, meskipun gratis, kualitas perawatan sangat buruk, dengan rumah sakit yang kekurangan staf dan peralatan medis.
Masa Depan Korea Utara
Meskipun Korea Utara di kenal dengan ketertutupan dan kediktatorannya yang ketat, belakangan ini mulai ada tanda-tanda perubahan. Peningkatan jumlah orang yang memiliki akses ke informasi dari luar negara ini telah memicu kesadaran akan kondisi kehidupan yang lebih baik di negara lain, yang berpotensi memunculkan kritik terhadap pemerintah. Namun, masih belum jelas apakah perubahan ini akan mempengaruhi arah politik Korea atau apakah negara ini akan terus mempertahankan kediktatorannya di masa depan.
Kesimpulan
Korea Utara tetap menjadi salah satu negara yang paling tertutup dan diktator di dunia, dengan sistem pemerintahan yang ketat dan kejam. Meskipun menghadapi banyak tantangan ekonomi dan internasional, rezim Kim tetap berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan kontrol sosial yang sangat kuat. Negara ini terus mengisolasi rakyatnya dari dunia luar, memaksakan propaganda yang menggambarkan keluarga Kim sebagai tokoh ilahi yang tak tergantikan, dan menggunakan kekerasan serta ketakutan untuk menjaga ketertiban.
Sumber : youtube