Berita Dunia Terkini – Inggris, yang pernah menjadi pusat inovasi dan kekuatan ekonomi global, kini tengah menghadapi krisis ekonomi yang mendalam. Inflasi yang mencapai lebih dari 10% pada tahun 2022, tertinggi dalam 40 tahun terakhir, telah menyebabkan lonjakan harga barang-barang pokok hingga 20%. Kenaikan harga pangan ini membuat banyak keluarga kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka. Saat ini, sekitar 20% dari populasi Inggris hidup dalam kemiskinan, dan banyak rumah tangga terpaksa memilih antara menghangatkan rumah atau membeli makanan di tengah musim dingin.
Kondisi ini memicu protes besar-besaran di seluruh Inggris, dengan pekerja dari berbagai sektor—termasuk perawat, pekerja kereta api, pegawai pos, hingga tenaga kesehatan—melakukan mogok kerja untuk menuntut kenaikan upah yang sebanding dengan inflasi. Pada awal 2023, lebih dari 100.000 perawat melakukan aksi mogok terbesar dalam sejarah sistem kesehatan nasional Inggris. Selain itu, tuntutan kepada pemerintah semakin keras, dengan masyarakat meminta subsidi energi dan kebijakan fiskal yang lebih adil. Di sisi lain, utang nasional Inggris kini telah melebihi 100% dari PDB—suatu angka yang belum pernah tercatat sejak akhir Perang Dunia II.
Brexit: Dampak Jangka Panjang terhadap Ekonomi
Krisis ini tidak hanya dipicu oleh faktor internal, tetapi juga oleh keputusan besar yang di ambil pada 2016—Brexit, atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Keputusan ini dibuat dengan alasan untuk mengambil kembali kendali atas kebijakan nasional, terutama dalam hal perdagangan, migrasi, dan regulasi. Namun, dampak ekonomi dari Brexit sangat besar. Pengakhiran kebijakan freedom of movement yang memungkinkan pekerja dari negara Uni Eropa bebas masuk ke Inggris menyebabkan kekurangan tenaga kerja di berbagai sektor. Termasuk kesehatan, pertanian, dan perhotelan. Pada 2021, Inggris kehilangan sekitar 200.000 pekerja di sektor pertanian dan konstruksi, yang berdampak pada lonjakan upah dan meningkatnya biaya operasional di berbagai bisnis.
Selain itu, tarif perdagangan baru dan hambatan perdagangan yang muncul pasca-Brexit mengurangi volume perdagangan Inggris dengan Uni Eropa, yang sebelumnya menjadi mitra dagang utama negara ini. Total perdagangan barang Inggris dengan Uni Eropa turun sekitar 15% antara 2019 dan 2022. Ini berdampak besar pada ekonomi, mengingat Inggris sangat bergantung pada pasar Eropa.
Pandemi dan Krisis Energi Global
Selain Brexit, Inggris juga harus menghadapi dampak pandemi COVID-19 yang menghantam hampir semua sektor ekonomi. Sektor pariwisata, yang sebelumnya menyumbang sekitar 9% dari PDB Inggris. Mengalami penurunan dramatis dengan kedatangan turis internasional yang anjlok 73% pada 2020. Pendapatan dari sektor ini, yang meliputi hotel, restoran, dan objek wisata, tergerus habis.
Namun, krisis yang paling menghancurkan datang pada 2022, ketika perang Rusia-Ukraina menyebabkan lonjakan harga energi global. Meskipun Inggris hanya mengimpor sekitar 4% gas alam dari Rusia, lonjakan harga energi global tetap mempengaruhi negara ini. Harga energi untuk rumah tangga di Inggris lebih dari dua kali lipat pada akhir 2022, dengan tagihan listrik rumah tangga yang melonjak tajam. Krisis ini memaksa banyak keluarga untuk memilih antara membayar tagihan energi atau memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Industri juga terkena dampaknya, dengan banyak perusahaan mengurangi produksi atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena tingginya biaya energi.
Dampak Jangka Panjang dan Tantangan ke Depan
Krisis ekonomi Inggris adalah hasil dari kombinasi berbagai faktor: Brexit, pandemi COVID-19, inflasi tinggi, dan ketegangan energi global. Tanpa kebijakan fiskal yang tepat, Inggris berisiko menghadapi dampak jangka panjang yang dapat merusak stabilitas sosial dan ekonomi negara ini. Penurunan investasi, pengurangan lapangan kerja, dan tekanan pada sektor-sektor penting seperti kesehatan, manufaktur, dan energi menunjukkan betapa dalamnya krisis ini.
Untuk pulih, Inggris membutuhkan langkah-langkah kebijakan yang inklusif dan terkoordinasi, termasuk reformasi dalam sektor energi, perdagangan, dan ketenagakerjaan. Tanpa langkah konkret untuk mengatasi masalah ini, masa depan ekonomi Inggris akan tetap terancam, dan negara ini akan terus bergulat dengan tantangan besar di masa depan.
Sumber : Youtube