Berita Dunia Terkini – Jepang, yang dikenal sebagai negara maju dengan teknologi canggih dan budaya yang unik, kini tengah menghadapi masalah serius terkait demografi. Negara ini telah memasuki era masyarakat Super-Aged, di mana lebih banyak orang tua hidup di Jepang dibandingkan anak muda. Fenomena ini terjadi karena kombinasi angka harapan hidup yang tinggi dan tingkat kelahiran yang sangat rendah.
Meningkatnya Jumlah Lansia
Saat ini, lebih dari 20% populasi Jepang berusia 65 tahun ke atas. Pada 2024, jumlah penduduk usia lanjut mencapai 36 juta, dengan satu dari sepuluh orang berusia lebih dari 80 tahun. Angka kelahiran rendah, hanya 1,3 anak per perempuan, memperburuk kondisi ini, karena jumlah penduduk usia produktif terus menyusut.
Dampak Krisis Demografis
- Penurunan Ekonomi: Kurangnya tenaga kerja produktif memperlambat pertumbuhan ekonomi Jepang. Industri sulit berkembang tanpa tenaga kerja memadai.
- Tekanan pada Sistem Pensiun: Banyaknya lansia memaksa pemerintah mengeluarkan lebih banyak dana untuk pensiun dan kesehatan, sementara pendapatan pajak dari tenaga kerja berkurang.
- Krisis Tenaga Kerja: Sektor-sektor seperti perawatan lansia hingga manufaktur menghadapi kekurangan pekerja, menghambat operasional dan layanan.
- Masalah Sosial: Fenomena seperti hikikomori (orang muda yang menarik diri dari kehidupan sosial) dan lonely death (kematian dalam kesendirian) semakin meningkat.
Mengapa Tingkat Kelahiran Rendah?
Tingkat kelahiran sangat rendah di Jepang disebabkan oleh faktor ekonomi, seperti biaya hidup serta pendidikan tinggi. Budaya kerja yang menuntut, di mana jam kerja panjang mengurangi waktu untuk keluarga, juga mempengaruhi keputusan banyak orang muda untuk tidak menikah atau memiliki anak. Selain itu, fenomena parasite single—dewasa muda tinggal bersama orang tua—juga semakin umum.
Upaya Pemerintah Mengatasi Krisis
Pemerintah Jepang mencoba mengatasi masalah ini dengan memberikan insentif bagi keluarga yang memiliki anak, memperbaiki fasilitas penitipan anak, dan memperpanjang usia pensiun agar lansia tetap bisa bekerja. Jepang juga membuka pintu bagi tenaga kerja asing untuk mengisi sektor-sektor yang kekurangan pekerja.
Apa yang Bisa Dipelajari Indonesia?
Tren penurunan angka kelahiran juga mulai terlihat di Indonesia, meskipun belum sebesar Jepang. Data menunjukkan penurunan angka kelahiran dan pernikahan. Jika tren ini berlanjut, Indonesia mungkin menghadapi tantangan serupa di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk mencermati masalah demografi ini dan mencari solusi sebelum dampaknya semakin besar.
Jepang menghadapi krisis demografis yang mendalam, dengan populasi lansia terus meningkat sementara angka kelahiran terus menurun. Upaya pemerintah untuk mengatasi masalah ini penting, namun tantangan sangat besar. Bagaimana Indonesia menghadapi tren serupa di masa depan akan sangat bergantung pada kebijakan dan kesadaran masyarakat dalam menangani isu demografi ini.
Sumber : Youtube