Berita Dunia Terkini – Kapal pinisi, simbol kebanggaan maritim Indonesia, bukan sekadar alat transportasi tradisional. Ia merupakan lambang keahlian pelayaran yang diwariskan turun-temurun, dan masih memiliki peran penting hingga kini. Dari Sulawesi Selatan, kapal ini telah berlayar mengarungi lautan Nusantara dan dunia, membawa cerita kejayaan para pelaut ulung suku Bugis. Mari kita telusuri lebih dalam tentang kapal legendaris ini.
Asal Usul dan Keahlian Pelaut Bugis
Kapal pinisi adalah jenis kapal tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan hingga seluruh Nusantara dan di gunakan oleh masyarakat suku Bugis. Suku Bugis memang terkenal sebagai pelaut ulung yang sudah lama menguasai ilmu pelayaran. Keahlian mereka mengarungi laut dengan kapal pinisi membawa mereka hingga ke berbagai belahan dunia, menjadikan kapal ini bukan hanya alat transportasi, tetapi juga simbol keberanian dan keterampilan mereka.
Mengenal Lebih Dalam tentang Kapal Pinisi
Meskipun sering disebut sebagai jenis kapal, sebenarnya pinisi merujuk pada sistem layar atau rigging kapal. Sistem ini terdiri dari dua tiang utama dan 7-8 layar yang memiliki konfigurasi unik. Tiga layar terletak di bagian depan, dua di tengah, dan dua di belakang kapal. Sistem layar ini membuat pinisi mampu menahan ombak besar dan angin kencang, menjadikannya kapal yang ideal untuk berlayar di perairan Nusantara yang di kenal dengan kondisi alamnya yang ekstrem.
Pinisi: Lebih dari Sekadar Kapal
Sebelum lebih jauh membahas tentang bentuk kapal pinisi, penting untuk meluruskan kesalahpahaman yang sering terjadi. Banyak orang yang menganggap bahwa “pinisi” adalah jenis kapal. Faktanya, pinisi adalah nama dari sistem layar atau rigging kapal tersebut. Mengutip dari laman pinisi.org, pinisi mengacu pada jenis sistem layar dan tiang kapal layar Indonesia, dan tidak merujuk pada bentuk lambung kapal. Ada beberapa jenis kapal yang menggunakan sistem layar pinisi, termasuk jenis kapal palari dan lambo.
Sejarah Panjang Kapal Pinisi
Kapal pinisi telah di gunakan selama berabad-abad sebagai alat transportasi dan perdagangan di seluruh Nusantara, terutama dalam perdagangan rempah-rempah dan barang-barang lainnya antar pulau. Kapal ini sangat cocok untuk mengarungi laut yang bergelombang tinggi dan di terpa angin kencang, berkat desainnya yang khas. Bahkan hingga hari ini, beberapa kapal pinisi masih di gunakan, baik untuk perdagangan maupun pariwisata.
Pada tahun 2017, UNESCO mengakui pembuatan kapal pinisi sebagai warisan budaya tak benda Indonesia. Pengakuan ini memperkuat pentingnya tradisi pembuatan kapal yang diwariskan oleh para pembuat kapal tradisional di Sulawesi Selatan.
Struktur dan Desain Kapal Pinisi
Sistem layar pinisi, seperti yang telah di sebutkan, terdiri dari dua tiang utama yang di lengkapi dengan layar berbentuk khas. Layar-layar ini digulung menuju tiang, berbeda dengan kapal layar gaya barat yang menggunakan bom dan layar yang di turunkan dengan gap. Ini adalah salah satu fitur unik dari kapal pinisi yang membuatnya berbeda dengan kapal layar tradisional Eropa.
Ada dua jenis kapal yang menggunakan sistem layar pinisi: palari dan lambo. Kapal palari memiliki ukuran yang lebih kecil dengan buritan melengkung, sementara lambo memiliki lambung yang lebih panjang dan buritan yang lurus. Kapal-kapal ini, terutama yang menggunakan sistem layar pinisi, sangat tahan banting dan memiliki kemampuan untuk membawa muatan besar.
Teori Asal Usul Nama Pinisi
Nama “pinisi” sendiri memiliki beberapa teori asal usul. Salah satunya berasal dari bahasa Bugis, yakni kata panisi yang berarti menyisipkan, mengacu pada proses pembuatan kapal yang melibatkan penyisipan dan perbaikan bagian-bagian kapal. Ada juga teori yang mengatakan bahwa nama ini berasal dari istilah pinasse dalam bahasa Jerman dan Prancis yang merujuk pada kapal layar ukuran sedang.
Dalam legenda lokal, ada cerita mengenai asal-usul kapal pinisi yang di kaitkan dengan raja Tallo, I Mangnginyarrang Daeng Makkiyo. Menurut cerita, ia memberi nama pinisi untuk perahu yang tangguh dan gesit, seperti ikan kecil yang tidak terpengaruh oleh arus dan ombak.
Pembuatan dan Evolusi Kapal Pinisi
Sejarah mencatat, kapal pinisi pertama kali di buat pada abad ke-14 oleh Sawerigading, putra mahkota Kerajaan Luwu. Dalam naskah La Galigo, Sawerigading di sebutkan membuat kapal dari pohon welereng untuk perjalanannya ke Cina. Namun, cerita ini lebih banyak di anggap sebagai legenda ketimbang sejarah yang terbukti. Sumber yang lebih dapat di pertanggungjawabkan menyebutkan bahwa penyebutan pertama kali tentang kapal pinisi dalam sumber asing tercatat pada tahun 1917 dalam majalah Belanda Coloniale Studien.
Pada abad ke-19, para pelaut Sulawesi mulai mengadaptasi sistem layar Eropa, menggabungkan layar depan dan belakang dengan teknologi layar lokal mereka. Proses ini berlangsung hingga awal abad ke-20, dan kapal pinisi menjadi salah satu jenis kapal layar terbesar di Indonesia pada masa itu.
Peran Kapal Pinisi dalam Perdagangan dan Pariwisata
Seiring berjalannya waktu, kapal pinisi mengalami berbagai modifikasi, terutama dengan penambahan mesin. Sejak tahun 1970-an, banyak kapal pinisi yang di lengkapi dengan mesin untuk memudahkan navigasi. Namun, meski telah di modifikasi, kapal pinisi tetap mempertahankan tampilan dan ciri khasnya yang ikonik. Saat ini, kapal pinisi tidak hanya di gunakan untuk perdagangan barang antar pulau, seperti mengangkut kayu dari Kalimantan ke Jawa, tetapi juga untuk pariwisata.
Beberapa kapal pinisi bahkan di modifikasi menjadi perahu wisata mewah Nusantara dengan fasilitas lengkap, termasuk alat selam dan permainan air, menawarkan pengalaman wisata bahari yang tak terlupakan di perairan Indonesia, seperti di Pulau Komodo atau Raja Ampat.
Kesimpulan: Pinisi Sebagai Simbol Kejayaan Maritim Indonesia
Kapal pinisi adalah bukti nyata kecanggihan teknologi maritim yang dimiliki nenek moyang kita. Keahlian para pembuat kapal dan pelaut Bugis dalam mendesain dan mengoperasikan kapal ini bukan hanya menunjukkan keterampilan teknis, tetapi juga keberanian, ketekunan, dan kecintaan mereka terhadap laut. Pengakuan internasional atas kapal pinisi sebagai warisan budaya tak benda mempertegas pentingnya tradisi ini dalam membentuk identitas budaya Indonesia. Dari perdagangan antar pulau hingga pariwisata bahari, kapal pinisi tetap menjadi simbol keunggulan maritim Indonesia yang tak lekang oleh waktu.
Sumber : Youtube