Berita Dunia Terkini – Kekaisaran Ottoman, yang dikenal juga sebagai Kesultanan Utsmaniyah, merupakan salah satu imperium terbesar dalam sejarah dunia, terutama pada masa kejayaannya antara abad ke-16 hingga ke-19. Selain menguasai wilayah di Timur Tengah, Balkan, dan Afrika Utara, Ottoman juga berperan sebagai pemimpin dunia Muslim, menjadi pelindung bagi umat Islam di berbagai belahan dunia. Namun, apakah benar kekaisaran ini pernah menjelajah Nusantara dari ujung barat hingga timur?
Hubungan dengan Kerajaan Nusantara
Kekaisaran Ottoman diketahui menjalin hubungan dengan beberapa kerajaan di Nusantara, terutama yang berbasis Islam. Meskipun tidak dalam bentuk aliansi politik resmi, hubungan ini lebih bersifat diplomatik dan keagamaan. Di bawah kepemimpinan Sultan Sulaiman I yang Agung, Ottoman menjadi kekuatan besar yang berfokus pada perkembangan dunia Islam, termasuk di Asia Tenggara.
Aceh: Mitra Strategis Ottoman
Salah satu hubungan paling signifikan adalah antara Ottoman dan Kesultanan Aceh pada abad ke-16. Aceh, yang terletak di ujung utara Pulau Sumatera, menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam. Ketika Aceh menghadapi ancaman Portugis, Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar mengirim utusan ke Istanbul meminta bantuan. Ottoman, di bawah Sultan Sulaiman I, merespons dengan mengirimkan artileri dan pelatih militer, sehingga memperkuat pertahanan Aceh.
Puncak Kejayaan Aceh
Kesultanan Aceh mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17. Koin emas kuno yang di temukan di desa Pande Aceh menunjukkan hubungan diplomatik dengan Ottoman, menandakan adanya dukungan yang lebih luas antara kedua belah pihak. Meskipun pengiriman bantuan militer tidak berkelanjutan, hubungan diplomatik tetap terjalin melalui pertukaran utusan.
Pengaruh Ottoman di Wilayah Lain
Selain Aceh, hubungan antara Ottoman dan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara seperti Mataram, Demak, dan Ternate-Tidore tidak terlalu terdokumentasi. Namun, pengaruh kekaisaran ini menyebar melalui jaringan perdagangan maritim yang menghubungkan wilayah Muslim. Hal ini juga di akui oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang menyebutkan pengakuan Sultan Turki terhadap Raden Patah sebagai perwakilan Khilafah di tanah Jawa.
Keterbatasan dan Tantangan
Meski hubungan ini memiliki dampak signifikan, faktor jarak geografis dan fokus kekaisaran pada konflik di Eropa serta Timur Tengah membatasi interaksi langsung. Hubungan yang terjalin cenderung bersifat simbolik dan sporadis, tanpa aliansi politik yang formal.
Kekaisaran Ottoman dan kerajaan-kerajaan di Nusantara memiliki sejarah yang menarik dan kompleks. Walau tidak ada aliansi resmi yang kuat, pengaruh Ottoman terasa dalam bentuk diplomasi dan pertukaran budaya. Sejarah ini menggambarkan betapa pentingnya hubungan internasional dalam konteks kekuatan global pada masa itu, serta bagaimana interaksi ini membentuk dinamika kekuasaan di Nusantara.
Sumber : Youtube