Berita Dunia Terkini – Pada 5 Agustus 2024, Negara Bangladesh mengalami perubahan besar dalam arah politik dan sosialnya. Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang sebelumnya memimpin dengan stabilitas ekonomi yang mengesankan, mengundurkan diri dan melarikan diri ke India dengan helikopter.
Keputusan ini muncul setelah berminggu-minggu protes keras, awalnya dari mahasiswa yang menuntut perubahan kuota pekerjaan. Seiring berjalannya waktu, gerakan tersebut berkembang menjadi tuntutan penggulingan pemerintahan Hasina. Protes yang dimulai pada Juli menewaskan sekitar 300 orang, menciptakan ketegangan di seluruh negara. Di tengah kekacauan politik, Bangladesh menghadapi tantangan baru yang semakin memperburuk situasi.
Banjir Bandang Menghantam Negara Bangladesh
Situasi Negara Bangladesh semakin memburuk dengan datangnya bencana alam. Setelah pemerintahan sementara di bawah Muhammad Yunus mengambil alih, negara ini kembali dilanda banjir bandang. Pada Agustus 2024, distrik Feni dekat perbatasan India mengalami banjir hebat, mengakibatkan setidaknya 20 kematian. Dari 64 distrik di Negara Bangladesh, 11 dilanda banjir, memutus akses bagi lebih dari 1 juta orang. Masyarakat Bangladesh menuduh India sengaja membuka pintu air tanpa peringatan sebagai balasan atas penggulingan Hasina, meski tuduhan ini telah dibantah pemerintah India.
Geografi dan Perubahan Iklim Memperburuk Krisis
Bangladesh, dengan letak geografisnya yang rendah di delta sungai Gangga, Brahmaputra, dan Meghna, sering mengalami banjir akibat hujan deras dan kenaikan permukaan air laut. Negara ini dikelilingi pegunungan Himalaya di utara serta dataran rendah di selatan yang mengarah langsung ke Teluk Benggala. Saat salju di Himalaya meleleh, air mengalir ke Bangladesh hingga menyebabkan sungai meluap. Posisi dataran rendah Negara Bangladesh juga membuatnya rentan terhadap kiriman luapan air dari negara tetangga.
Perubahan iklim semakin memperburuk kondisi ini. Wilayah barat daya Bangladesh, termasuk kawasan mangrove Sundarbans, menghadapi ancaman tenggelam pada tahun 2025 akibat kenaikan air laut. Bangladesh, yang merupakan negara ke-10 paling terdampak perubahan iklim, merasakan dampak lebih besar dibandingkan negara-negara penghasil emisi karbon terbesar seperti Cina dan Amerika Serikat.
Dampak Banjir
Sekitar 75% wilayah Bangladesh berada kurang dari 5 meter di atas permukaan laut, menjadikannya sangat rentan terhadap banjir. Sekitar 45% wilayah terpapar risiko banjir sungai tinggi, angka tertinggi di dunia. Banjir tahunan mengakibatkan 20 hingga 25% wilayah daratan terendam, dengan banjir ekstrim menenggelamkan 55 hingga 60% wilayah daratan. Pada tahun 1998, lebih dari 75% wilayah Bangladesh terendam banjir, membuat 30 juta orang kehilangan tempat tinggal dan mengakibatkan lebih dari 1.000 korban jiwa.
Banjir yang sering terjadi, seperti pada tahun 2015, 2017, dan 2024, telah merenggut lebih dari 42.000 nyawa sejak tahun 1972. Selain merusak infrastruktur dan mata pencarian penduduk, banjir juga menyebabkan migrasi massal dari desa ke kota, yang juga menghadapi risiko banjir.
Kenaikan Permukaan Laut
Pada tahun 2050, di perkirakan satu dari tujuh orang di Bangladesh akan terpaksa mengungsi akibat perubahan iklim, dengan kenaikan permukaan laut sekitar 50 cm. Negara ini mungkin akan kehilangan sekitar 11% wilayahnya, hingga 18 juta orang mungkin harus berpindah tempat tinggal. Beberapa ilmuwan memprediksi bahwa pada tahun 2100, permukaan laut bisa naik setinggi 1,5 hingga 1,8 meter, mengakibatkan sekitar 50 juta orang kehilangan rumah.
Kenaikan permukaan laut juga menyebabkan peningkatan salinitas tanah, merusak lahan pertanian serta mengancam pasokan air minum. Tanah yang terlalu asin menjadi tidak cocok untuk pertanian, menimbulkan masalah serius bagi ketahanan pangan serta kesehatan masyarakat.
Ancaman Badai
Selain banjir, Bangladesh menghadapi ancaman dari badai siklon. Sundarbans, hutan mangrove di selatan Bangladesh, sangat penting karena berfungsi sebagai pelindung alami dari badai siklon. Jika Sundarbans tenggelam, dampaknya akan sangat berbahaya bagi keanekaragaman hayati dan kemampuan negara ini bertahan dari badai besar. Teluk Benggala yang menyempit mengarahkan badai ke pantai Bangladesh, membuatnya semakin kuat hingga merusak.
Badai siklon seperti Bulbul pada tahun 2019 dan Amphan pada tahun 2020 menunjukkan betapa parahnya dampak cuaca ekstrem di Bangladesh. Badai ini menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan menghancurkan lahan pertanian, memperburuk krisis yang ada.
Bangladesh berada di garis depan perubahan iklim dan bencana alam, menghadapi tantangan kompleks yang memerlukan perhatian internasional mendalam untuk mengatasi krisis ini.
Sumber : Youtube