Berita Dunia Terkini – Sungai Kuning, yang di kenal dengan nama Huang He dalam bahasa Mandarin, merupakan salah satu aliran sungai terpenting di Tiongkok dan dunia. Sebagai sungai terpanjang kedua di Tiongkok setelah Sungai Yangtze. Sungai Kuning membentang sekitar 5.464 kilometer dari sumbernya di Pegunungan Bayan Har di Dataran Tinggi Tibet hingga muaranya di Laut Bo Hai di Tiongkok Timur. Memiliki sejarah yang panjang dan peran yang signifikan, Huang He merupakan jantung dari peradaban kuno Tiongkok dan masih menyimpan tantangan besar di era modern.
Geografi dan Fitur Alami
Huang He membelah Tiongkok melalui beberapa provinsi penting, termasuk Qinghai, Sichuan, Gansu, Ningxia, Mongolia Dalam, Shaanxi, Shanxi, Henan, dan Shandong. Berdasarkan fitur fisiknya, sungai ini dapat di bagi menjadi tiga bagian utama bagian hulu yang bergunung-gunung dari Pegunungan Tibet, bagian tengah yang melintasi Dataran Tinggi Loess dan Lingkaran Ordos, serta bagian hilir yang melintasi Dataran Tiongkok Utara yang rendah. Ciri khas Sungai Kuning adalah warna airnya yang kekuningan, di sebabkan oleh sedimen loess yang dibawanya. Sedimen ini membuat tanah di sekitarnya sangat subur namun juga menyebabkan sungai ini sering mengalami banjir dan perubahan aliran.
Ekosistem dan Peradaban
Sungai Kuning memiliki cekungan aliran seluas 750.000 km², menjadikannya sebagai cekungan terbesar ketiga di Tiongkok. Ekosistem di sepanjang sungai ini sangat beragam dan merupakan habitat bagi lebih dari 160 spesies ikan, termasuk 19 spesies endemik yang tidak di temukan di tempat lain di dunia. Selain itu, endapan lumpur dari sungai ini telah menciptakan lahan subur yang sangat penting bagi pertanian Tiongkok. Wilayah sepanjang Huang He dianggap sebagai salah satu tempat lahirnya peradaban kuno Tiongkok.
Peran Historis dan Budaya
Sejak ribuan tahun lalu, Sungai Kuning memainkan peran sentral dalam sejarah Tiongkok. Dinasti Xia, yang dianggap sebagai dinasti pertama di Tiongkok, berdiri di lembah Sungai Kuning sekitar tahun 2100 hingga 1600 SM. Dinasti Shang (1600–1046 SM) dan Dinasti Zhou (1046–256 SM) juga berkembang di wilayah ini. Pada masa Dinasti Han (206 SM – 220 M), Sungai Kuning menjadi pusat ekonomi dan perdagangan. Dengan pengembangan sistem irigasi dan kanal yang memperkuat pertanian. Dinasti Sui (581–618 M) dan Dinasti Tang (618–907 M) membangun infrastruktur besar untuk menghubungkan Sungai Kuning dengan Sungai Yangtze, memfasilitasi transportasi dan perdagangan.
Tantangan Lingkungan
Meski memiliki sejarah dan kontribusi yang sangat penting, Sungai Kuning menghadapi berbagai tantangan lingkungan. Selama ribuan tahun, sungai ini di kenal dengan julukan “Kesedihan Tiongkok” karena sering mengalami banjir yang merusak. Dalam kurun waktu dari 595 SM hingga 1946 M, Sungai Kuning di perkirakan telah mengalami 1.593 kali banjir besar, yang mengakibatkan kerusakan parah. Di era modern, masalah polusi dari industri, limbah domestik, dan pertanian semakin memperburuk kondisi sungai ini. Laporan tahun 2008 menunjukkan bahwa polusi parah telah membuat sepertiga dari Sungai Kuning tidak dapat di gunakan untuk pertanian atau industri.
Untuk mengatasi masalah ini, Tiongkok telah melaksanakan berbagai upaya konservasi, termasuk pembangunan bendungan besar dan program pengendalian polusi. Undang-undang terbaru juga di tujukan untuk mengurangi polusi dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Meski demikian, upaya ini masih menghadapi tantangan besar dalam mengembalikan kesehatan ekosistem Sungai Kuning.
Sumber : Youtube