Berita Dunia Terkini – Kecelakaan pesawat merupakan peristiwa tragis yang sering meninggalkan dampak mendalam bagi keluarga korban, industri penerbangan, serta masyarakat luas.
Insiden seperti ini memicu investigasi kompleks untuk memahami penyebab dan mencegah kejadian serupa di masa depan. Investigasi kecelakaan melibatkan berbagai pihak, seperti badan penerbangan sipil, produsen pesawat, serta operator maskapai.
Tujuan utama penyelidikan adalah mengidentifikasi faktor penyebab kecelakaan, baik terkait manusia, kondisi teknis pesawat, maupun faktor lingkungan atau cuaca.
Fokus pada Faktor Manusia dan Komunikasi
Seringkali, penyelidikan menyoroti peran faktor manusia dalam kecelakaan pesawat. Evaluasi meliputi pelatihan kru pesawat, kelelahan pilot, serta keputusan yang diambil dalam kondisi darurat.
Faktor psikologis seperti stres atau kecemasan juga mempengaruhi kinerja kru dalam situasi kritis. Salah satu insiden yang menyoroti pentingnya komunikasi dan kepatuhan terhadap prosedur adalah tabrakan antara dua pesawat pada 12 November 1996.
Tragedi ini melibatkan pesawat Saudi Arabian Airlines penerbangan 763 dan Air Kazakhstan penerbangan 1907. Berbeda dengan kecelakaan di Bandara Tenerife, yang melibatkan tabrakan pesawat di darat, insiden ini terjadi di udara. Pada tanggal tersebut, kedua pesawat bertabrakan di atas desa Charkhi Dadri, India, menewaskan 349 orang.
Pesawat Saudi Arabian Airlines, sebuah Boeing 747-168B, dalam perjalanan dari Bandara Internasional Indira Gandhi, New Delhi, menuju Dahran, Arab Saudi.
Di sisi lain, pesawat Air Kazakhstan, sebuah Ilyushin Il-76TD, dalam perjalanan menuju Bandara Internasional Indira Gandhi dari Shymkent, Kazakhstan.
Cuaca saat itu baik dengan jarak pandang jelas, namun masalah komunikasi dan kegagalan mematuhi instruksi dari pengendali lalu lintas udara (ATC) menjadi penyebab utama kecelakaan ini.
Kegagalan Prosedur dan Kesalahan Komunikasi
Pada hari tersebut, ATC memberikan instruksi jelas kepada kedua pesawat. Pesawat Saudi Arabian Airlines diperintahkan naik ke ketinggian 14.000 kaki, sementara Air Kazakhstan diperintahkan menurunkan ketinggian ke 15.000 kaki dan menunggu instruksi lebih lanjut.
Namun, keterampilan bahasa Inggris pilot Air Kazakhstan yang kurang memadai menyebabkan kesalahan pemahaman. Mereka salah menganggap ketinggian 14.000 kaki sebagai target ketinggian mereka.
Pesawat Air Kazakhstan terus menurunkan ketinggian hingga mencapai 14.000 kaki tanpa konfirmasi dari ATC. Akibatnya, kedua pesawat berada di jalur yang berpotongan.
Dalam beberapa detik, pesawat-pesawat mendekat satu sama lain dengan kecepatan tinggi. Meskipun ada upaya dari kedua pilot untuk menghindari tabrakan, waktu yang tersedia terlalu singkat untuk menghindari bencana. Tabrakan menyebabkan pesawat Saudi Arabian Airlines meledak di udara, sementara Air Kazakhstan jatuh ke tanah dalam keadaan terbakar.
Investigasi dan Rekomendasi Perubahan
Penyelidikan dilakukan oleh otoritas penerbangan India bersama pihak berwenang internasional. Ditemukan bahwa kegagalan pesawat Air Kazakhstan dalam mematuhi instruksi ATC merupakan penyebab utama kecelakaan ini.
Faktor lain termasuk keterampilan bahasa Inggris kru pesawat Air Kazakhstan dan kekurangan teknologi anti-tabahan di kedua pesawat. Bandara Internasional Indira Gandhi juga tidak memiliki radar pengawasan sekunder untuk memberikan informasi tambahan seperti identitas dan ketinggian pesawat.
Penyelidikan merekomendasikan beberapa perubahan signifikan, seperti penciptaan koridor udara terpisah untuk keberangkatan dan kedatangan, pemasangan radar kontrol lalu lintas udara sekunder, serta peralatan penghindaran tabrakan pada pesawat komersial. Selain itu, pengurangan wilayah udara di atas New Delhi yang sebelumnya berada di bawah kendali eksklusif angkatan udara India juga direkomendasikan.
Dampak Jangka Panjang dan Perubahan dalam Industri Penerbangan
Tragedi ini memicu perubahan besar dalam industri penerbangan, termasuk peningkatan standar komunikasi antar pilot dan ATC serta penerapan teknologi anti-tabahan yang lebih canggih.
Sistem Traffic Collision Avoidance System (TCAS), yang kini menjadi standar di sebagian besar pesawat komersial, dirancang untuk memberi peringatan dini kepada pilot tentang potensi tabrakan di udara. Pelatihan untuk kru pesawat dan ATC juga di perkuat, dengan fokus pada kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris, bahasa universal penerbangan.
Regulasi internasional yang lebih ketat kini mewajibkan pelaporan dan investigasi menyeluruh setiap kali terjadi insiden atau kecelakaan, tidak peduli seberapa kecilnya. Data yang dikumpulkan dari insiden ini terus digunakan untuk memperbaiki prosedur serta teknologi keselamatan penerbangan.
Insiden tabrakan udara antara Saudi Arabian Airlines penerbangan 763 dan Air Kazakhstan penerbangan 1907 adalah pengingat menyakitkan akan pentingnya keselamatan penerbangan serta tanggung jawab yang di emban oleh setiap pihak dalam industri ini.
Tragedi ini menunjukkan betapa vitalnya komunikasi yang tepat serta kepatuhan terhadap prosedur dalam menjaga keselamatan penerbangan.
Sumber : Youtube