Berita Dunia Terkini – Dalam menghadapi tekanan ekonomi dari Amerika Serikat, Cina kembali mengaktifkan mesin propagandanya. Kali ini, respons tersebut datang dalam bentuk sebuah video yang di rilis oleh Kementerian Luar Negeri Cina. Video ini secara simbolik menyinggung era Perang Dingin dan menyoroti sentimen anti-imperialis, sebagai bentuk kritik terhadap kebijakan tarif tinggi yang di berlakukan pemerintahan Presiden Donald Trump.
Lewat visual yang kuat dan narasi emosional, pesan utama yang ingin di sampaikan Tiongkok sangat jelas: menyerah pada tekanan asing adalah berbahaya, dan Tiongkok tidak akan tunduk. Bagi Tiongkok, tarif yang di jatuhkan sebesar 145% merupakan bentuk penindasan ekonomi, bukan solusi. Dalam narasinya, mereka menegaskan bahwa langkah semacam ini tidak akan mampu menghentikan kebangkitan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Pesan yang Dibungkus Bahasa Amerika
Menariknya, video tersebut di sampaikan dalam bahasa Inggris dengan aksen Amerika. Tujuannya tampak jelas menyasar khalayak internasional, khususnya publik Amerika sendiri. Dalam narasinya di sebutkan bahwa menerima tarif tinggi dari Presiden Trump sama saja dengan “minum racun”, yang hanya akan memperburuk krisis.
Tiongkok menegaskan bahwa mereka tidak akan berlutut terhadap kebijakan semacam itu. Mereka percaya bahwa membela diri tidak akan menutup ruang kerja sama, sedangkan kompromi hanya akan melemahkan posisi mereka. “Kami akan tetap teguh, seberapapun kencangnya angin bertiup,” demikian salah satu kutipan dalam video tersebut.
Kritik Visual yang Tajam dan Satir
Video propaganda ini tak hanya mengandalkan kata-kata, tetapi juga visual yang satir dan provokatif. Salah satu segmen memperlihatkan tokoh-tokoh seperti Donald Trump dan Elon Musk dalam adegan buatan menyerupai video game, tengah merakit sandal jepit dan sepatu murah di sebuah pabrik. Dalam adegan lain, wajah Trump di tampilkan di samping seekor babi, menyindir sifat serakah dan manipulatif yang di tuduhkan kepada pemimpin AS tersebut.
Konten ini di sebarluaskan secara masif melalui media sosial Tiongkok dan platform global, sebagai bentuk kampanye untuk menggiring opini publik dan memperkuat narasi nasionalis dalam negeri, sekaligus mengajak komunitas internasional untuk menentang “pemimpin yang merusak tatanan global”.
Klaim Telepon yang Dibantah Beijing
Dalam situasi yang semakin memanas, Presiden Donald Trump sempat mengklaim telah melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Xi Jinping. Namun, pernyataan ini dengan cepat di bantah oleh pihak Beijing. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Kuo Jiakun, menyatakan bahwa tidak ada komunikasi semacam itu. Baik dalam bentuk telepon maupun negosiasi resmi terkait masalah tarif.
Penegasan ini menunjukkan bahwa hubungan kedua negara berada di titik nadir, di mana dialog bahkan tidak lagi menjadi saluran utama penyelesaian konflik.
Sumber : Youtube.com